Sebelum divonis diabetes, dia dikenal sebagai manusia mesin. Maksudnya tak kenal lelah.
Kalau pagi sebelum berangkat kerja, dia membuat adonan tanah liat untuk dicetak menjadi batu merah. Biasana yang mencetak adalah istrinya, sehari bisa dapat 500 batu merah. Setelah itu dia berangkat kerja pada siapa yang "nanggap". Profesinya adalah tukang bangunan.
Kinerjanya bagus dia suka kerja keras kerja ikhlas, tanpa diawasipun dia bekerja dengan baik. Betul-betul berhati ikhlas Dia.
Tidak itu saja dia suka menolong tanpa pamrih yang Dia bisa. Menolong tanpa pandang bulu. Itulah tabiat baiknya.
Jam 12 istirahat, Dia pulang trus pergi ke kebun mencari pakan ternaknya. Jam 13.00 Dia pulang sudah dapat sekrenjang rumput. Kemudiaan pergi lagi ke tempat kerja. Begitu keseharaian Kang Slamet sahabatku yang baik hati.
Di bulan ramadhan ini , setelah tarwih selalu membaca Al Qur'an seorang diri, tak ada yang menemani. Walaupun bacaannya tidak lancar amat, tapi cukup menggetarkan hati orang- orang beriman yang mendengarkan. Saya senang mendengarkan bacaannya. Serasa tidak bosan. Walaupun lama Dia membacanya. Biasanya samapai jam 23.00
Betul-betul pemburu pahala dan keberkahan di bulan Romadhon.
Saya terus terang iri dibuatnya. Di usia setua itu masih kuat membaca Al Qur'an ber jam-jam.
Anak anak muda tak kudengar suaranya mengaji. Malah Biasanya malah banyak didapati ngopi di trotoar kota sambil mengisab sebatang rokok. Kemudian kedua tanganya memainkan dua jemari jempolnya, sambil sesekali membenarkan letak rokok yang dicepit kedua bibirnya. Kalau menulis artikel lumayan, tapi tidak, dia bermain game. Nggak tahu game apa yang membuatnya ketagihan itu.
Kembali pada kang Slamet yang masih sayup sayup terdengar suaranya di speaker tua.
Biasanya dia bertugas Adzan subuh, magrib dan isak.
Selepas makan sahur, dia berjalan terseok ke Masjid kemudian membaca al Qur'an. Tapi tidak disuaraka di speaker. "Mengganggu orang tidur." Katanya.
Demikianlah cerita Kang Slamet, pria tua berbadan kurus yang sedang memersiapkan bekalnya untuk hari kemudian. Pria seperti ini yang cerdas menurut Kanjeng Nabi. Pria yang selalu ingat mati dan memersiapkan bekalnya untuk kehidupan akhirat.
Kita ini aslinya bukan orang dunia, tapi orang kampung akhirat. Di dunia hanya sebentar saja, "mampir ngombe", setelah itu berjalan menuju jalan panjang kehidupan setelah mati.
Semangat terus Kang , semoga Allah senantiasa merahmati kamu sekeluarga. Diberikan rezeki yang banyak dan barokah untuk bekal ibadah.
Magetan, 26 April 2021
Aamiin....
BalasHapusInspirasi ibadahku bertambah,dan semoga istiqamah buat kita semua dlm hal ibadah
Terima kasih mbak Parti yabg baik hati
Hapusinspiratif
BalasHapusterima kasih mas Doktor
BalasHapusSangat menggetarkan. Semoga mampu meneladani Kang Slamet.
BalasHapusTerima kasih Mas Doktor, sehat selalu nggih
BalasHapusLuar biasa, semoga banyak orang orang di sekitar dia bisa mengikuti jejal nya ya pak
Hapusterima kasih bu Ros
HapusKisah yang sangat inspiratif
BalasHapusterima kasih Omjay yang baik hati
HapusKemanakah kita berjalan tak kain akan nenuju sang Kholiq.
BalasHapusDunia tempat kita mengais amalan yg bernilai ibadah utk bekal di negeri Akhirat.
Semangat kang Slamet jika orang fasih dlm membaca Alquran maka Malaikat mencatat kemuliaan baginya. Sedangkan orang yg terbata-2 dan susah dlm membaca Alqur'an akan mendapatkan 2 pahala.
Terima kasih sahabat cerita blog Religinya terus semangat dan berkarya Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan HidayahNya. Salam utk kelg... Good luck
terima kasih Jeng Niken
BalasHapus