Kalau dipikir yang menyebabkan macet ini ya saudara kita sendiri. Karena saking banyaknya saudara, hingga tidak mengenali satu sama lain. Kita ini kan sama-sama anak cucu Mbah Adam dan Mbah Hawa. Begitu ceritanya. Dalam perkembangannya hoby dan passionnya macam-macam yang akhirnya mempengaruhi pola pikir dan pola hidup yang berbeda. Akhirnya mempengaruhi perangai, watak dan tabiatnya dalam pergaulan.
Ada kawan saya itu kalau berbicara pinter sekali. Sampai -sampai dia mendirikan webinar publik speaking. Menjadi host dalam suatu acara.
Dalam pergaulan mereka mendominasi pembicaraan. Tampak sekali menguasai halakoh ( kelompok) dalam pembicaraan. Tampak sekali kecerdasanya dan bangga sekali dengan itu.
Lain halnya dengan saya. Merunut histori dari kakek saya dari ayah saya, beliau termasuk orang yang sedikit bicara. "Ra duwe omong" dalam bahasa Jawanya.
Sedangkan kalau Merunut dari Ibu saya, kakek saya dan anak anaknya termasuk pandai berbicara. Dalam pergaulan termasuk orang yang menguasai pembicaraan dalam halakohnya. Entah materinya berkualitas atau tidak, yang lain itu memeperhatikan apa yang dibicarakan.
Saya juga termasuk type orang yang sedikit bicara tadi. Saya takut kalau salah, saya takut merendahkan orang, saya lebih suka menyimak pembicaraan dalam kelompok, sesekali berpendapat kalau tahu benar permasalahan dan solusinya.
Tampaknya saya termasuk penyimak yang baik. Kadang-kadang sudah 30-an tahun itu masih ingat apa yang dikatakan orang pada saya.
Pagi tadi saya setengah terkejut membaca kiriman ayat Al Qur'an dan hadist dari teman saya. Sebenarnya saya pernah mendengar sih, tapi belum mengikatnya menjadi tulisan.
Juga tentang berbicara menjaga lisan. Seperti ini ,"Tiada suatu ucapan pun yang di ucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir".
(Qs. Qaf ayat 18).
Memperhatikan ini tampaknya harus hati-hati dengan apa yang kita katakan. Bahkan saya takut, betapa banyak kesalahan yang saya katakan yang didengarkan malaikat. Padahal seharusnya karena selalu ada malaikat yang mengawasi maka yang kita katakan itu perkara yang baik saja. Kita harus belajar lbagaimana supaya lisan kita ini lurus.
Rasulullah Shallallahu A'alaihi Wasallam bersabda, "Iman seorang hamba tidak akan lurus hingga lurus hatinya. Dan hati tidak akan lurus hingga lurus lisannya. Dan seseorang tidak akan masuk surga jika tetangganya terganggu oleh keburukannya".
(HR. Ahmad)..
Jadi untuk belajar agar iman kita ini lurus, dimulai dari lisan yang lurus, kemudian nanti hatinya lurus, setelah hatinya lurus maka nanti iman kita akan lurus. Ini pernah juga disampaikan oleh KH.Uzairon dalam ceramahnya.
Kalau lisan kita lurus kita akan bahagia, kalau tidak maka kesengsaraan akan kita tanggung.
Kebahagiaan dan keselamatan bagi kita bila bisa menjaga lisan, kesengsaraan dan kebinasaan bila kita melepaskannya dan tidak menjaganya, dengan lisannya maka akan terbaca kadar imannya.
Muadz Ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu A'alaihi Wasallam. "Ya Rasulullah, apakah kita akan di azab oleh perkataan yang kita ucapkan?".
Rasulullah Shallallahu A'alaihi Wasallam menjawab, "........Tidaklah manusia itu di sungkurkan ke dalam neraka di atas muka dan hidung mereka melainkan karena ucapan lisan mereka".
(HR. At Thirmidzi).
Ini yang paling menakutkan, takut kalau disungkurkan ke neraka di atas muka dan hidung kita. Karena tidak menjaga lisan. Muka atau wajah adalah kehormatan kita, kalau disungkurkan, berati tudak memiliki kehormatan sama sekali.
Itu kadang yang membuat saya agak tampak bodoh dalam percakapan pergaulan, lebih-lebih dengan orang alim seperti Kyai, menundukkan kepala saja dan menyimak apa yang beliau katakan lebih bijaksana. Dan memang etikanya seperti itu.
Agak serius ya.... santai sajalah ini hanya cerita mengapa saya kadang-kadang atau bahkan sering dalam pergaulan hanya menyimak, termasuk di grup WA.
Tapi kalau dalam bentuk tulisan, saya berani, karena sebenarnya hanya melatih jari-jari saya menuliskan kata menuruti perintah hatinya.
Magetan, 20 April 2021
Semoga kita termasuk orang yang mampu berbicara dan juga menulis.
BalasHapusterima kasih Omjay, aamiin ya robbal alamin
BalasHapus