Intinya adalah tentang hidayah. Hidayah itu petunjuk agar seseorang menuju jalan yang benar jalan yang diridhoi oleh Allah.
Allah berfirman dalam Surat Syam:8 ;
Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha, yakni maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. As-Syams: 8).
Baik berbuat kebaikan maupun keburukan, itu adalah pilihan individu tersebut.
Sungguh beruntung orang yang mendapat hidayah dalam taqwa . Sebab dengan itu akan selamatlah di dunia dan di akhirat. Akan menjadi orang yang Muttaqin seperti nama mesjid ini.
Hidayah itu seperti wahyu dalam cerita pewayangan, yang harus dicari dan diperjuangkan, walaupun dalam sulit, lelah, tetesan keringat dan air mata. Karena penting dan mulianya.
Pengajian Ahad Legi pagi ini diadakan sebulan sekali dihadiri masyarakat Pojoksari secara bergiliran. Kadang di Sumuran kadang di Pojok. Tapi juga ada dari tetangga desa seperti Bulu.
Satu budaya praktik baik yang pantas dilestarikan. Bayangkan, biasanya jam 06.00 biasanya masyarakat sudah pergi ke sawah, ke pasar atau melakukan aktivitas ekonomi lainnya. Tapi setiap minggu mereka datang ke Pengajian dengan mebinggalkan aktivitas sejenak untuk bersama sama menimba ilmu agama lewat pengajian Ahad pagi.
Memang ilmu agama harus senantiasa kita update dan upgrade agar ada kebaruan dalam semangat beramal dan semangat ibadah agar keimanan senantiasa terjaga dan bertambah kuat meningkat.
Satu lagi yang menjadi penting adalah suasana agama. Pagi-pagi ibu-ibu berbusana muslimah , Bapak-bapak berbusana muslim, pake sarung , baju takwa dan peci.
Suasana agama mengkondisikan kita mudah melakukan kebaikan, silaturahmi berjabat tangan dengan semyum dan wajah sumringah iklas bersahabat bersaudara.
Suasana agama membuat kita ringan menjalani praktik baik dari amalan amalan agama.
Sejenak sebelum acara dimulai saya sempat ngobrol sedikit dengan Ustadz Miftah, beliau lahir di Jawa Tengah tapi lama di Jombang . Beliau mondok di Denanyar Jombang. Dan sekarang memimpin salah satu Pondok di Madiun.
Luar biasa masih muda sudah punya Pondok Pesantren. Beliau sejak kecil hidup dilingkungan Pesantren.
Kalau saya orang Nasionalis. Sejak kecil sekolah di jalur sekolah Umum, sekolah negeri. Hingga SD sampai IKIP. Saat itu kalau tidak diterima di sekolah Negeri mungkin saya tidak sekolah. Karena sekolah swasta saat itu mahal. Sekolah Negeri lebih terjangkau.
Memang itu pilihan hidupku. Tapi saya selalu tinggal dekat dengan Masjid. Saya senang bergaul dengan orang-orang sholih, orang-orang berilmu , bahkan ketika IKIP saya tinggal di Pondok Pesantren yang setiap hari saya bisa memandang dan mencium tangan halus Kyai-kyai sholih yang kharismatiq karena keimuan dan kesholihannya. Beliau itu sangat tawaduk, sikapnya santun , bicaranya tertata , terkontrol dan terkendali. Wajahnya lembut bersinar cerah karena banyaknya wudu.
Menurut saya silahkan kita mempelajari keilmuan agama atau keilmuan profesi lain. Semua sama baiknya asalkan diniatkan yang baik, dijalani yang baik, ditekuni yang baik suatu saat akan memberikan kemanfaatan untuk kehidupan. Dunia ini akan indah jika penuh warna. Pun profesi yang kita tekuni semuanya saling mengisi dan melengkapi agar kita bisa bersosialisasi saling berbagi.
Semoga kita semua dapat hidayah.
Jangan lupa kapan-kapan kita hadir lagi ya dalam pengajian taman suwarga. "Panitiane dulure dewe, Pak Min adikku."
Magetan, 11 Desember 2022
Alhamdulillah
BalasHapusAlhamdulillah ....
BalasHapusSemoga kita termasuk golongan orang - orang yang mampu menerapkan praktik baik dari amalan - amalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih Bapak.
Terima kasih bu Erna. Aamiin
BalasHapus