Sabtu, 24 September 2022

Tut- tut, Naik Kereta Api Cepat

Pagi ini, Minggu  25 September 2022, saya agak santai, abis sholat subuh  saya persiapan ke Surabaya, menjenguk si Kecil Hindun.

Sudah lama saya tidak bepergian ke Surabaya Lebih-lebih  naik kereta.  Naik kereta  terakhir  tahun 2016. Saat itu masih aktif  sebagai Instruktur  Nasional guru pembelajar. 

Saya buka aplikasi, ternyata  sudah jauh  beda dengan 6 tahun yang lalu. Tapi segera saya bisa menyesuaikan. Jam 05.45 saya sampai  stasiun. Trus menuju  loket. 
"Beli tiket mas, untuk  2 orang." Sapa saya pada petugas.
"Tujuan mana pak?"
"Surabaya Gubeng".
"Bisa pinjam  KTP  Bapak."
"Bisa."
"Kereta api Mutiara Selatan Eksekutif berangkat jam 06.20 tujuan Stasiun  Gubeng 2 orang, sit 9A 9B , Rp. 130.000."
"Oke , ini terima kasih." Jawab saya sambil mengeluarkan  dompet dan melunasinya.

Kalau harga normal  untuk  kelas dan tujuan yang sama 1 seat Rp 305.000.
Tapi saya dapat  Go Show. Jadi satu seat  hanya Rp. 65.000. Murah banget kan.
Kami bisa lebih hemat Rp. 430.000

Pukul 06.5 kereta api  sudah tiba, dan kami segera  naik.  Mencari seat kami  9A ,9B.
Segera kami duduk. Saya amati beberapa fasilitas  yang tersedia.  Seperti  di depan tempat  duduk saya ada tumpangan kaki.

Sandaran  kursi  juga bisa distel  sesuai  dengan kesukaan. 
Liat itu  di sebelah kanan  Anda ada tombol.  Tekanlan  sambil  kau tekan punggung Anda  ke belakang.

Ada lagi Sandaran tangan itu  bisa di buka  , kemudian ada meja kecil  yang bisa di gunakan. Jika anda sedang makan  atau Anda sedang menulis di laptop.  Anda bisa gunakan  itu.

Satu lagi gerbongnya bersih sekali tak ada satupun sampah  di sana. Sesekali petugas  sampah melewati  kami  memeriksa  sampah yang ada. 
"Adakah sampah, adakah sampah?" Kata Dia.
Kemudian  penumpang menyerahkan sampah  yang ada, dan dimasukkan ke karung sampah. Para penumpang  kesadarannya  sudah luar biasa, terutama saya, karena saya Kepala Sekolah Adiwiyata Propinsi.  Jadi kalau melihat  sampah itu selalu reflek berpikir. Pungut  simpan  atau buang ke tempatnya. 
Oo iya tumpanganya  halus sekali  rasanya seperti  Naik Fortuner. Mobil terbaik yang pernah saya naiki.  Bukan mobil saya, tapi mobil senior  saya, Abah  H. Syaikur.

Kemudian  saya ditawari  makan pagi  oleh  petugas  restoran.  Saya mau lauknya  ikan sapi, ada sayur dan kerupuk.  Satu porsi  Rp. 40.000. Mahal ya. Yah sekali-kali  biar tahu harganya  berapa. 

Dulu juga pernah, tapi saat itu  harganya Rp. 20.000 enam tahun yang lalu. Sekarang  sudah berubah. 

Kalau resep pak Dahlan Iskan  agar bisa menghemat uang, beli makanan  di luar stasiun, kemudian dibungkus  lalu  bawa naik kereta.

Saya sedikit  berbicara  dengan istri, karena seperti  biasa saya menulis. Tahu-tahu sudah sampai Mojokerto  dan satu jam lagi sampai Surabaya. 

Kami sudah 2 bulan tidak ketemu  dengan si kecil. Jadi sudah kangen banget.  Rupanya Dia sudah mandiri, tambah dewasa. Sudah menyatu  dengan kehidupan  Kota Surabaya.

Sayangnya  saya tidak bawa jajan apa apa, "nanti saja saya ajak makan-makan di luar." Pikir saya. Keberangkatan  ini agak mendadak, karena dia pindah Kos. Mencari yang lebih dekat katanya.  

Jadi ingat  tahun 1996,  saat saya kuliah di IKIP  Surabaya, saat itu saya mencari kos sendiri, tidak diantar Bapak Ibuk saya. Bahkan Bapak saya hanya menemani saya saat wisuda  saja. Tapi tidak menjadi  masalah, umumnya saat itu memang begitu , lagian saya seorang anak laki-laki. Jadi harus memiliki mental kuat dan pemberani.

Oke terimakasih  pembaca sudah menemani perjalanan  saya ke Surabaya.  Semoga  penjenengan  sekeluarga sehat, dan bahagia  selalu.

Surabaya, 25 September  2022







5 komentar: