Senin, 26 September 2022

Menunggu antrian

Apa yang anda lakukan  saat menunggu  antrian? Apapun jawaban anda sah-sah saja. 
Ada yang melihat WA, menjawab, atau berkomentar  di group. Ada yang membaca koran, ada yang bercakap  cakap, ada yang diam, ada yang berzikir, ada yang mengantuk  dan sebagainya. 

Memang butuh kesabaran  untuk menunggu antrian, kita harus tèrtib sesuai urutan, sebab itu juga budaya  yang baik. Jangan menyerobot  antrian, karena mereka  juga ingin mendapatkan  pelayanan  cepat. 

Mereka  juga punya kesibukan yang padat  untuk  dilakukan.  Oleh karena  itu tertib antri  itu budaya yang terpuji. 

Saya memilih  menulis  dan membaca.  Kenapa saya mulai menulis, karena saya menyadari  kegiatan  menulis itu  kalau tidak segera dimulai maka tidak akan ada progres. 

Banyak godaan  menulis  itu, seperti  kesibukan, diajak ngobrol  teman, membalas WA, malas, kurang percaya diri, tidak mendapatkan  apresiasi  walaupun  sekedar "like dan comen".

Ubahlah  tujuan menulis jangan like and comen, tetapi menjadi  media untuk  membentuk  olah pikir anda yang sistematis, maka ada "like atau tidak" menjadi tidak menyurutkan keistiqomahan  anda dalam menulis. 

Saat ini saya berpendapat  bahwa mengisi  waktu antri dengan menulis merupakan  aktivitas  yang paling  tinggi "grade"nya.

Pagi ini saya mengantarkan  nyonya  berobat  di RSAU dr. Efram Harsana, Lanud Iswahyudi Ternyata  sekarang  pintu  masuknya berubah  dari arah barat.  Hal ini memudahkan custumer  untuk  menuju RSAU.

Saya memasuki  Rumah sakit ini pertama  kali tahun 1980. Waktu itu saya di SMP1  Maospati. Harus  mengetahui  golongan darahnya.  Maka saya bersama  teman-teman  cek up  di sini. 

Kembali pada topik menulis, akhir  akhir  ini produktivitas menulis  menurun  tidak seperti setahun yang lalu, yang mana  diberbagai tempat  diadakan diklat  menulis, seminar menulis  atau workshop  menulis. 

Semuanya  rontok  bagaikan daun berguguran dimusim kemarau, kecuali  orang yang benar-benar  memiliki  passion  menulis. Mereka  tetap tumbuh bersemi  walaupun tak ada hujan.

Mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa menulis  dan membaca  merupakan  aktivitas  intelektual  yang banyak manfaatnya.  

Oleh karena itu para pegiat literasi  harus mulai bergerak lagi, menggerakkan  orang-orang  yang tidak punya program, untuk  menulis  lagi.

Karena orang itu  kalau tidak punya program pasti diprogram orang lain.  Kalau programnya  baik tidak masalah, tetapi kalau jelek  maka kita semua  akan rugi. 

Sehingga  mari kita  program  diri kita  untuk  menulis, karena dengan menulis kita bisa berbagi  pengalaman dan pengetahuan  pada orang  lain. 

Magetan, 27 September  2022






3 komentar:

  1. Informasi seperti ini agak mengejutkan juga Pak Suparno.....
    Hhhhh,tapi di akhir paparan pikiran berubah dikit dikit.
    Semoga yg ku pikirkan tidak ada kenyataan... hanyag negatif.
    Hhhh,semoga Bulik Nur sehat sehat saja meskipun di antar ke Dokter.semoga dokter katakan.
    "Ah,biasa saja,gak apa apa,kok....
    Trus ngomong tentang literasi,dan tulis menulis ,sangat aku rasakan.Benar kata pak No.ada karena sibuk,males,capek,dll sak dmbrek untuk alasan.
    Semoga di usia yg masih muda ini,terus lanjutkan kreasi dan aktivitas menulis pak No.
    Maaf ini hanya goresan dikit,maaf salah kata tentu ada.

    BalasHapus
  2. Iya mas, terima kasih sudah berkenan membaca. Iya usia diatas 50 tahun harus hati-hati jaga kesehatan.

    BalasHapus