Sabtu, 12 Juni 2021

Menjadi orang bijaksana

sumber ilustrasi : webkabar.blogspot.com

Mengikuti  kuliah online  Bapak Much. Khoiri  kemarin luar  biasa.  Beliau adalah  Dosen Unesa  yang memiliki passion menulis buku. 
Buku hasil  karyanya  sudah 65 judul buku.

Beliau  memulai karier  menulis sejak  semester  2 mahasiswa  Unesa,  pada tahun  1986. Yang dulu  namanya masih IKIP  Surabaya.  Berarti  ketika  kuliah  seagkatan dengan saya. Tetapi beda jurusan.   Bliau jurusan S1 Bahaaa Inggris  sedangkan saya , D3 Psikologi  Pendidikan  dan Bimbingan.

Saat itu  saya juga menulis,  hanya saja tidak bisa istiqomah. Tetapi Beliau   terus menulis  dalam  sebulan  20 judul artikel. Luar biasa,  semangatnya  menggebu-gebu. 

Dari tulisan  beliau  saya tertarik  tentang  orang bijaksana.  Menurut  saya siapa saja penting  untuk  belajar  menjadi orang bijaksana.  Beliau mengatakan,"Untuk  menjadi  pintar  syaratnya banyak belajar  dan berlatih. Sementara  untuk  menjadi  bijaksanana  , syaratnya  bukan hanya banyak belajar  , melainkan juga banyak mengamati , menghayati,  merenungkan dan memetik hikmahnya. 

Itu strategi  untuk  menjadikan  kita seorang  yang bijaksana. Memang tidak  mudah untuk  menjadi  orang yang bijaksana , akan tetapi bila kita mengupayakan  insyaallah  kita bisa mencapainya.  

Orang  yang bijaksana  akan disukai  orang-orang  disekitarnya,  pemimpin  yang bijaksana akan disukai anak buahnya,  kedatangannya  membawa berkah bukan musibah. Ayah yang bijaksana  akan disukai  keluarganya,  ketidakadaannya menjadi kesedihan,  keberadaan  menentramkan  dan menyejukkan, dan membahagiakan.

Menurut  saya orang bijaksana  itu adalah orang yang dapat bertindak tepat sesuai keadaan,  waktu dan tempatnya.  Tindakanya  didahului  karena memahami diri dan lingkungannya, untuk  bertindak  tepat  perlu  berfikir  cermat,  hati hati. 

Ada sebuah ungkapkan  , orang bodoh bertindak dulu kemudiaan  berfikir,  tetapi  orang bijak  , berfikir dulu  baru bertindak. Sehingga  kadang  kesannya  lambat. Tetapi  lambatnya  ini  karena berfikir  dulu  yang penuh  dengan kehati hatian. 

Menurut  KBBI bi·jak·sa·na a 1 selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; 2 pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya.

Sedangkan  kebijaksanaan  adalaha 
ke·bi·jak·sa·na·an n 1 kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya): berkat - beliau, terlepaslah kita dari bahaya besar; 2 kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya. 

Dari uraian diatas  ada beberapa  ciri  orang yang bijaksana;
1. Menggunakan  akal budi
Sikap dan tindakannya  dituntun  oleh akal budinya. Sehingga terarah pada kebaikan dan kebenaran. 
2. Arif.
Artinya bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu: sahingga  orang bijaksana senantiasa  menambah ilmu  pengetahuan. Dia  tidak meletakkan "gelas  pengetahuannya"  di atas, tapi selalu meletakkannya dibawah, agar orang lain bisa menuangkan "teko pengetahuannya"  pada dirinya. 

3. Pikirannya  tajam. Karena tajam sehingga  bisa menembus  celah-celah pengetahuan yang dalam . Memiliki  kemampuan  fokus  pada  suatu  permasalahan  yang sedang dikaji. Saya kagum  pada orang-orang  yang memiliki kemampuan  menghafal ayat ayat Qur'an. Mereka memiliki  pikiran yang tajam. 
Kalau  tidak fokus,  tidak bisa hafal. 

4. Pandai dan hati-hati ( cermat,  teliti)
Orang  pandai itu  orang yang banyak  memiliki  pengetahuan,  mereka  mengumpulkan  sedikit demi sedikit  pengetahuan itu, kepandaiannya itu  yang menjadi  pertimbangan  dalam sikap dan tindakannya. 

Kesimpulan. 
Jangan hanya memiliki  keinginan  menjadi  orang  pandai. Orang pandai yang tidak bijaksana,  seringkali terperangkap  pada kepandaiannya itu sihingga  tidak membuatnya  sukses. Lebih baik  menjadi orang bijaksana.  Karena dia bisa bersikap  tepat pada saat yang tepat,  sehingga  menambah  keberuntungan dalam hidupnya.
Ada sebuah ungkapan, "wong bodo  kalah karo wong pinter,  wong pinter  kalah karo wong beja ,wong beja  kalah karo wong  ketrima"

"Wong ketrima"  dalam bahasa agama  adalah  orang yang diridhoi, dalam agama puncak ibadah adalah bukan masuk surga atau terhindar dari neraka , tetapi  adalah berharap  menjadi orang  yang diridhoi. Semoga kita semua  termasuk  orang yang diridhoi. Aamiin. 


Magetan,  13 Nuni 2021

Sumber  bacaan:
https://kbbi-web-id.cdn.ampproject.org/; 13 Juni 2021; 06.18

https://www-idntimes-com.cdn.ampproject.org/ 13 Juni 2021; 06.46











3 komentar:

  1. Terima kasih sudah dapat tulisan bijak dari pak kyai. Semoga kita mampu menjadi orang yang bijaksana.

    BalasHapus
  2. Aamiin Omjay hehe, sehat ya Omjay

    BalasHapus