Sabtu, 05 Juni 2021

Bedah buku "Berburu ilmu di negeri Panda yang lucu"

Tadi malam ( 5 Juni 2021) saya dimintai tolong Omjay  untuk  ikut acara bedah buku Omjay  yang terbaru,  yang berjudul  Berburu  ilmu di negeri Panda yang lucu melalui moda zoom meeting.

Saya kenal  Omjay  sudah setahun lebih Beliau tinggal di Pondok Jatibening Jakarta.  , saya belum pernah bertemu  beliau, tetapi serasa sudah akrab sering bertemu.  

Beliau  adalah guru  Labschool Jakarta.  Sekolah  di mana Bapak Chairul Tanjung  pernah menimba ilmu di sana.  Bapak Chairul Tanjung  pernah sebagai  orang terkaya no 3 di  Indonesia dan pernah  menjadi  Menteri pada jaman  pemerintah  SBY. 

Omjay  tinggal di Pondok Jati Bening Jakarta 

Saya bertugas  sebagai  pembedah buku.    Bersama itu  juga ada pak Dedi Dwitagama Penulis buku ternama, Paman Apiq seorang youtuber  ternama yang juga seorang dosen ITB dan juga ada Bapak Mukminin  dari Lamongan dan ada juga Bapak Akbar Zainudin yang penulis buku manjada wajada, yang lain masih banyak  lagi. 

Saya mendapat  giliran  yang ke tiga. Saya bedah per bab dari buku itu. Hingga sampai  pada halaman  87. Buku itu  kesemuanya  ada 150 halaman  yang diterbitkan  oleh penerbit  YPTD yang dikomandani  pak Thamrin Dahlan. 

Secara  garis besar buku  itu  berisi  tulisan  Omjay ketika  mendapat  "hadiah"  short course  ke negeri  Panda , China pada tahun 2019. Omjay  adalah pemenang lomba  Inobel  juara 3. Diantara  temannya  yang berangkat  ke sana  ada guru  berprestasi,  kepala sekokah  berprestasi  dan lain-lain. 

Jadi kalau  ingin keliling dunia  secara  gratis  ikuti  jejak Omjay  ini. Saya juga ingin. Sebagai  penulis  yang dibesarkan  oleh blogger,  kompasiana  dll. Omjay  setiap  hari menulis di blog.  Tulisan  Omjay  renyah, mengalir  enak di baca.  Tulisan  Omjay  ditulis dengan hati  akhirnya  ketika  sampai  pada pembaca juga bisa dibaca  dan dirasakan  dengan hati.

Menurut  pak Akbar  ciri buku  itu  bisa  dibaca  sampai  ke hati  adalah,  membaca  buku  itu  seolah-olah seperti  berkomunikasi  dengan penulisnya. Jadi enak  dirasakan.

Kembali  pada buku Omjay,  buku  ini adalah kisah perjalanan,  atau catatan  perjalanan  yang ditulis  apik dan menarik.  Ada tiga hal penting  yang bisa saya tangkap.
1. Tentang aktivitas  rutin  yang harus dijalani  di sana.
2. Tentang bagaimana  pembelajaran  di negeri  Panda. 
3. Tentang budaya  di negri  Panda. 

Tentang aktivitas  rutin adalah mulai  dari bangun tidur,  sholat subuh,  mandi, makan pagi aktivitas siang hari hingga malam. Disana  makan  pagi adalah sesuatu  yang sangat  penting,  disajikan  makanan  bergizi , yang lezat. Hal  ini adalah untuk  mensupport  padatnya kegiatan  yang harus melibatkan  olah fisik dan olah pikir.

Omjay  setiap  hari harus berjalan  rata-rata  20 km,  untuk  keliling kampus tidak disediakan  transportasi,  memang harus jalan  kaki. Kemudian  mengikuti  pembelajaran,  istirahat,  membuat  laporan  jurnal dan terakhir  menulis  di blog.

Yang kedua  tentang pembelajaran  di negeri  China  adalah  dengan metode inquiri,  siswa dihadapkan kepada persoalan  kemudian menemukan  sendirian  pemecahan  masalahnya.  Guru bertugas sebagai  fasilitator.  Guru  bersemangat  menumbuhkan  rasa  antusiasme pada diri  siswa. Dengan ini tumbuhlah  generasi  yang  kreatif dan inovatif.  

Di negeri  ini apa-apa serba  imitasi,  harganya  serba murah.  Dan bangsa  ini memiliki  nasionalisme  yang tinggi.  Di sana tidak  ada wa, sebagai  gantinya we chat. Tidak ada Google  sebagai gantinya baidu,  tidak ada Facebook.

Yang menarik  juga di sana  tidak ada teori  atau pendidikan karakter , tetapi  langsung praktek.  

Teknologi  sangat maju,  guru  menguasai  ICT dalam pembelajaran  , tidak ada papan tulis  pakai kapur atau spidol. Tetapi langsung layar  sentuh.

Sepeda motor  tidak bersuara,  karena tidak menggunakan  bahan bakar  minyak,  tetapi  menggunakan  tenaga listrik.  Pakai chars. 

Semua  itu  ada di buku  omjay,  segera  baca dan miliki  buku  itu,  serap  ilmunya  dan peras pengalamannya. Omjay  memang guru  yang pantas  diteladani. 


Magetan,  7 Juni 2021


5 komentar: