Sabtu, 19 Juni 2021

Mother-in-law´s tongue


Dengan  mertua  saya tidak banyak  bicara kalau tidak penting , takut  salah saja. Sebenarnya  mertuaku banyak  mengatur. Tapi saya tidak mau. Misalnya  dalam hal membuat  rumah, mertuaku  menyarankan  rumah limasan atau joglo juga , supaya  kelak kalau dijual lagi bisa laku. Ini konsep orang tua. 

Konsep saya buat rumah tidak untuk  dijual  tapi untuk  ditempati  sendiri  bersama keluarga  selamanya. Saya ingin  bentuk  rumah yang agak modern.  Sudah bosan  dengan rumah bentuk limasan,  joglo atau kampung.  

"Bagaimana  persiapanmu  membuat  rumah? Tanya mertuaku.
"Inggih Bapak  masih  menyicil bahan -bahan." Jawabku dengan terus terang. 

"Saya bantu  besinya", tampaknya  sungguh  beliau  ingin membantu.
" Sudah ada Bapak." Jawabku.
"Kalau begitu  kayu atabnya  saya bantu."
Ya Allah  sebenarnya  walaupun  tidak baik   saya ingin  membuat  rumah secara mandiri,  tidak merepotkan  orang tua. Tapi di sisi  lain  memang Dia menitipkan  anaknya padaku. Saya diam  menundukkan kepala , tidak segera menjawab.  Kemudian  saya pikir secara  mendalam. Saya tidak berani  menatap  wajahnya. Istri saya juga diam saja  sambil  menimang si kecil. Akhirnya  seolah  ada petunjuk  untuk menerima  saja.

"Inggih  Bapak , sebenarnya  saya tidak ingin merepotkan  Bapak." Jawabku .

Dengan mertua  itu  saya selalu  dibawah,  baik  dalam pembicaraan maupun  lainnya.  Intinya mengalah saja  jangan sampai  terjadi  selisih pendapat  apalagi bertengkar. 

Pernah  saya disuruh  membantu  "ndaut" di sawah. Saya siap saja. Ndaut itu  memungut  bibit padi  dari persemaian. Setelah selesai disuruh  "banjari". Banjari itu mendistribusikan bibit  padi pada ibu- ibu yang bertugas tandur atau menanam padi. Tandur  itu  menanam sambil  mundur.
Saya bahagia  saja menjalani  ini semua, sambil refresing  bisa menyapa  ibu ibu  yang bertugas "tandur"  itu tadi 

Kembali  pada persiapan  membangun  rumah,  setelah  percakapan  dengan mertua itu  istri saya saya ajak pulang  ke rumah  Bapakku  Pojoksari.  Saya ajak membuat batu merah  nyicil sedikit  demi sedikit  lama-lama  pasti  dapat  banyak, pikirku.

Di rumah  Bapakku  sekarang ganti istriku  yang harus menyesuaikan  diri dengan mertu, terutama dengan ibuku. Saya tidak tahu bagaimana  perasaan  istriku, yang jelas  ingin rasanya  segera punya rumah sendiri. 
Orang  berumah tangga itu  rasanya  seperti  merdeka kalau  sudah  punya rumah,  walaupun  tidak bagus.

Mau makan nasi dan sambalpun tak masalah, kalau sudah punya rumah  sendiri. Rasanya nikmat  saja. 

Sampai di sini saya berhenti  menulis, kemudian  tulisan WA Bapak Bupati  itu saya teruskan  pada istri saya.  Sekarang giliran istri saya  yang menulis  yang menceritakan  "lidah mertuanya."

Saya mau cari ilustrasi  lidah mertua,  ternyata  lidah mertua itu  nama bunga yang nama latinnya  sansevieria. Daunnya menjulang  ke atas ujungnya lancip. Ditepian daun itu  ada lajur kuning  yang menghiasi. 

Tanaman bunga ini banyak  didapati  di sekolahku  SMP 2 Karangrejo  yang kebetulan iconnya  bunga sansevieria  atau lidah mertua. 

Selain dikenal dengan Sansevieria, tanaman ini dikenal juga dengan nama  lidah jin. Nama tumbuhan ini dalam bahasa Inggris, selain dikenal dengan Sansevieria juga dinamai snake plantmother-in-law´s tonguedevil’s tonguejinn’s tongue, dan bow string hemp.
Lidah mertua  memang cocok   untuk  menamai bunga ini  karena  menjulang  dan lancip  ini.  Seringkali  lidah  mertua yang banyak ngomel  digambarkan  lancip,  tapi bagaimanapun  kita adalah anak  yang berbudi dan  berbakti pada beliau. Saya yakin maksud dan tujuannya  adalah baik.  Beliau merasa banyak pengalamannya banyak ilmunya.  Oleh karena  itu disebut  orang "sepuh". Disesep  ilmunya di puh pengalamannya.  Tapi jangan dipuh  warisannya. Hehe. 

Kadang  orang tua  itu  lupa  bahwa  anaknya sudah jadi guru,  sudah sarjana,  bahkan sudah S2, tapi masih juga  banyak   mengatur,  banyak nasehat.  Bagaimanapun  kami menyadari  , setinggi  apapun pangkat  kita   tetap  saja kita ini  anak bagi mereka.  
Oleh karena  itu  sangat  beralasan  bila mereka  itu  suka  ngatur.
Yang penting  kita harus sabar,  karena ternyara  belajar  sabar itu  hingga  akhir menutup  mata. 

Demikian  ganti  menunggu tulisan bu Parno ya....
Bersambung....

Magetan,  19 Juni 2021












5 komentar:

  1. Matur suwun Kang KS tulisan ini bisa menghibur hati terutama para mantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Parti, semua orang juga jadi mantu ya, hehe

      Hapus
  2. ```Lidah Mertua lha itu dia. Klau Lidsh mertua adalah tdnaman yg utk menangkal radikal bebas ok lah.

    Tp klau lidah mertua sebagai kiasan tajamnya pisau lain lagi.
    Dlm hadist disebutkan yg artinya Janganlah engkau jadikan satu atap antara ibumu dgn istrimu krn dalah satu ada yg menderita / korban.

    Semua yg sdh berkeluarga tentunya paham krn walau masalah kecil dlm RT kok orang tua baik orang tua kandung atau mertua ikut campur buyar acaranya.


    Ok sahabat kita tetap santun kpd orang tua atau mertua. Tanpa dia kita tdk akan pernah ada didunia ini.

    Thanks you sahabat..sehat selalu tetap semangat dan good luck...
    Salam utk kelg... semoga kita tetap dlm Lindungan Allah```

    BalasHapus