Minggu, 28 Juli 2024

Pantai watu Karung

Pagi itu masih gelap, biasanya bertemu dengan mbok bakul yang menggendong dagangannya menuju ke pasar. 

Tapi kami sudah berangkat dari rumah menuju  Pakistan, sebuah kata plesetan untuk menyebut Pacitan. 

Pukul 03.00 dini hari kami berangkat, dan bisa sholat subuh  di salah satu mesjid terbesar di sekitar Tegalombo Pacitan.

Kami istirahat  sambil sholat subuh berjamaah, kali ini edisi lengkap, ada Umi, ada Kak Diar, ada Kak Intan dan Hindun si bungsu.

Memang lama kami tidak jalan bersama karena kesibukan masing-masing.  Senyampang  masih bisa bersama momen  seperti ini memang perlu  untuk  jalan bersama yang suatu saat akan menjadi kenangan indah yang tak terlupakan.

Dalam perjalanan kami bisa saling cerita pengalaman - pengalaman  masing masing. Orang hidup itu memang kaya akan perjalanan hidup itu sendiri, kadang ada masalah, kadang ada bahagia, kadang ada duka, kadang ada tangis dan deraian air mata. Tak ada jalan yang rata untuk  menuju  puncak, ada naik turun berkelok lekukan tajam, curam, seperti jalan menuju Pacitan.

Seperti itulah hidup kita. Agar kita senantiasa  ingat  bahwa sampai kapanpun kita butuh pertolongan  dan lindungan Tuhan. Kalau waktu kaya ya jangan sombong  , kalau waktu miskin ya jangan terlalu bersedih. 

Abis sholat subuh kami melakukan perjalanan lagi ke pantai Kasab,  sekitar 1 jam dari Masjid tempat kami sholat. Kali ini sebagai driver Hindun. Enaknya satu mobil kalau bisa nengemudi semua akhirnya bisa bergantian.

Sampai di POM bensin, kami berhenti makan pagi, makannya tidak di depot, cukup bawa bontot buatan Kak Intan yang hobby banget  masak. Yang kedua jam 06.00 belum ada depot  atau rumah makan yang buka. 
Kami makan dengan lahap, yang penting suasana hati senang dan bahagia, apapun  lauknya nikmatnya tak terkira.

Rasanya sudah  hangat lagi untuk  melanjutkan perjalanan,  itu lihat disebelah Kanan rumah kediaman SBY masa kecil di Pacitan.  Tidak di desa tapi sudah di Kota, tampak bersih, asri lingkungan rumahnya tertata baik dan indah.

Beliau salah satu pemuda terbaik Pacitan yang sukses meniti karir di militer hingga mencapai bintang empat dan menduduki singgasana istana  kepresidenan setelah pemilihan presiden  tahun 2004. Beliau 
lahir 9 September 1949),  lebih dikenal dengan inisialnya SBY, adalah Presiden Indonesia keenam yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 sampai 20 Oktober 2014. Ia merupakan Presiden pertama di era Reformasi yang terpilih melalui Pemilihan Umum secara langsung.

Saya yakin itu semua sebab perjuangan beliau yang gigih, pantang menyerah. 

"Hei lihat itu airnya sudah kelihatan", teriak Hindun yang membuat kami semua terkejut.

Maksudnya air laut pantai selatan. Kami di stop oleh petugas dan membayar  tiket masuk. Tiket masuknya  @ Rp. 5000.

Dua puluh menit kemudian kami sudah di pantai,  tapi aku hanya duduk duduk  saja karena kakiku sakit terjadi insiden waktu pengajian minggu lalu di Desaku. Aku menginjak besi hingga jari kakiku robek dalam. Sakit sekali hingga dilarikan ke UGD.
Anak anak bermain di pantai  aku hanya duduk  bersama Umi yang selalu setia menemani.  

Pantainya indah , ombaknya mendebur menggulung berbuih putih bersih.

Orang tua itu kadang bahagia melihat anaknya senang.  Seolah kehadirannya  di dunia ini hanya membahagiakan  anak. Kadang lupa kebutuhannya  sendiri. Oleh karena itu rugi besar kalau anaknya tidak sholih.

Okey tak lama  di sini sekitar 1.5 jam kami melanjutkan ke Pantai Karung.
Partainya indah, bibir partainya pasir putih,ombaknya besar, hingga orang orang  tak berani menengah.  Tapi dikejauhan sana banyak turis asing bermain surving tampak menikmati indahnya gelora ombak. 

Kadang ombak itu  tidak diperlukan anak-anak  yang bermain di pantai,  tapi ditunggu kehadiran  oleh orang yang bermain surving. Demikian juga perjalanan hidup kita tak akan indah kalau tidak ada ombak masalah. Ombak itu dikirim  oleh Tuhan untuk  kita nikmati  dan jalani.
Saya mendirikan  tenda di sini, karena suka Pramuka,  nikmatnya tidur di tenda tak bisa dirasakan oleh orang  yang tdk pernah mendirikan. 
Walaupun kakiku sakit tapi masih bisa mendirikan tenda,  nafas terengah  engah tanda sudah tidak muda lagi, 2 hari lalu keluarga  dan sahabatku yang karib mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 58. 

Lima delapan itu disingkat mapan, apakah saya sudah mapan atau  belum itu menjadi pertanyaan. Saya syukuri  saja, dengan posisi  yang sekarang,  keluarga  sudah tertata,  anak-anak  sudah tertata. Itu saja parameternya. 
Sudah jam 13.00 kami melanjutkan  perjalanan menuju  pantai berikutnya  yaitu pantai Soge. Kalau pantai Batu karung di ujung barat, Pantai Soge di ujung timur Pacitan. Jadi lumayan jauh, perjalanan satu jam lagi. 

Dalam pejalan  bersamaan dengan rombongan AHY, putra mahkota SBY yang sedang  ada acara di museum.  Kami berpikir  Mau  ngeliat museum, boleh nggak ya?

Saya yakin boleh  tapi tidak bersamaan acara itu, kami hanya rakyat kecil. Takut membuat pemandangan tak indah. 
Lanjut  ke ujung timur  , melewati jalan halus mulus seperti jalan tol. Jauh lurus, lebar namun berpagar  indah dengan melihat dikejauhan ada gunung  yang membatasi. 
Sampailah kami dipantai itu. Sepertinya  belum dibuka untuk  umum, masih perawan panorama tepian pantai. Ombaknya menggunung. Indah mempesona.

Ingat puisi Sukarno 
"Jika aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar lautan Hindia bergelora
Membanting dipantai ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia."
...........

Demikian tadabur alam  bersama keluarga,  semoga pembaca semuanya  sehat, panjang umur,  banyak rizki barokah melimpah.

Magetan 27 Juli 2024