Banyak orang tua yang menamakan anaknya Mukhlis , artinya orang yang iklas. Orang tuanya berharap kelak anaknya menjadi orang yang berakhlak mulia yaitu ikhlas.
Jadi ingat teman saya ketika sekolah di Surabaya dulu, namanya Bashori, pemuda asal Lamongan, tinggal di Pondok bersama saya, dia dari kampung bawa sepeda ontel, sepeda balap, sepedanya bagus. Jarak antara Pondok dengan kampus kami sekitar 3 km. Sepeda ini yang biasa dia pakai ke kampus.
Saya juga bawa sepeda ontel, sepeda jengki warna merah, sepeda pembelian ayahku, ketika aku SMP kelas 2, hadiah saya ketika dikitan ( sunat ).
Sepedanya Bashori sering dipinjami temanya hingga akhirnya dia tidak kebagian. Kemudian dia bawa yamaha 75 dari kampung. Sepeda motor keluaran Jepang ini juga dipinjami temanya hingga dia tidak kebagian.
Akhirnya dia bawa lagi Honda Prima, lantas dia bilang pada teman-teman, "wes rek iki khusus aku, liyane terserah ( sepeda balap dan yamaha 75)".
Cerita diatas Cerita nyata, teman saya ini memiliki hati yang iklas, kalau berbicara pelan, tapi selalu mengandung makna yang dalam. Perangainnya selalu senyum wajahnya bersih karena sering berwudhu. Kecuali itu dia juga pinter qiro'ah.
Ringkasnya Bashori ini adalah contoh sederhana orang yang hatinya iklas.
Iklas itu melakukan suatu amalan semata-mata karena Allah, tanpa pamprih, tanpa ingin dipuji orang tanpa berharap balasan baik dari orang lain. Hanya berharap ridho Allah.
Iklas itu perkara penting dan termasuk bagian dari akhlak mulia. Orang yang beramal tidak iklas tidak akan diterima oleh Allah SWT
Allah tidak melihat bentuk tubuh kita, paras ganteng atau cantiknya kita, tapi yang dilihat hati kita.
وعن أبي هريرة عبد الرحمن بن صخر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
" إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم" ((رواه مسلم)).
Artinya :
Dari Abu Hurairah, iaitu Abdur Rahman bin Shakhr r.a., katanya: Rasulullah shalallahu.alaihi wasalam bersabda:
*"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu tidak melihat kepada tubuh-tubuhmu, tidak pula kepada bentuk rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hatimu sekalian."*
(Riwayat Muslim)
Oleh karena itu belajar ikhlas senantiasa harus diupayakan sejak sekarang hingga meninggal dunia. Membaguskan hati harus diupayakan hingga detik terakhir nafas kita.
Memantaskan diri sebagai hamba Allah yang bertaqwa, harus kita upayakan hingga nyawa tidak di kandung badan.
Semoga Allah menerima qurban kita umat Islam seluruh alam, semoga kita semua dimasukkan golongan muhlisisn, orang orang iklas dan penduduk Janatul Firdus surga Allah yang tertinggi. Aamiin.
▪Selamat Hari Raya idul adha...
Magetan, 31 Juli 2020
🕌🕌🕌🕋🕌🕌🕌
Tidak ada komentar:
Posting Komentar