Dalam perjalanan, saya ingat tahun 81 sd. 83 saya ikut latihan SH Terate , di bulan suro tepatnya tgl 1 Suro kami disuruh jalan sejak pertengahan malam hingga pagi. Saat itu ngantuknya luar biasa ditambah sore hingga malam latihan fisik. Sampai sampai saya bisa tidur sambil berjalan. Subhanalloh.
Kami menghayati sekali apa yang disampaikan Prof HAMKA, hanya orang-orang yang melakukan perjalanan malam yang akan meraih fajar.
Perjalanan malam itu diibaratkan perjuangan, mujahadah kita, yang mana yang lain tidur pulas. Tapi kami tidak tidur semalam. Perjalanan malam itu " rekoso, tirakat. " Akhirnya dipagi hari matahari terbit dengan sinarnya yang menatap bumi. Dan hanya kami yang menyaksikan.
Kami mampir di rumah Andika, salah satu teman kami, beliau masih muda, memiliki usha pertokoan. Luar biasa. Tokonya cukup besar.
Katanya dulu keduanya merantau ke korea, setelah itu membangun bisnis di Tanah air.
Saya beli kran dan beberapa keperluan pribadi istri saya. Setelah itu pulang lagi ke Pondok. Kemudaian saya memperbaiki kran pondok yang rusak, dan selesai 30 menit kemudian.
Kami melanjutkan bercerita di beranda rumah Kyai, sambil nyruput kopi jahe kesukaanku bikinan bu Giono, yang memiliki kesenangan ikrom ini, ikrom itu memulyakan saudara muslim.
Perputaran waktu terus berlalu, kami mendapatkan pembekalan dari bu Nyai, amalan apa saja yang disunahkan dilakukan hari Jumat.
Kami merasa mantab. Inilah bedanya amalan agama itu antara belajar sendiri dengan membaca, dibandingkan diajari oleh guru. Lebih mantab, lebih memiliki kekuatan untuk mengamalkannya.
Jam 10.30 kami persiapan sholat Jumat, diawali dengan mandi sunah dan masuk ke masjid untuk sholat sunah dzikir dan lain lain.
Dalam sholat dan dzikir kami lakukan dengan khusuk. Agar tidak ngantuk. Eh ternyata ketika dzikir tahu tahu hampir nggeblak. Saya mengambil air wudhu lagi, kemudian sholat tahiyatal masji lagi dan dzikir lagi.
Sampai pada kutbah Jumat, saya bisa menahan rasa ngantuk, tapi pada waktu sholat saya hampir terjatuh karena siut ngantuk. Subhanalloh manusia itu kadang merasa berkuasa, tapi menguasai dirinya sendiri saja sebenarnya tidak bisa. Menguasai rasa ngantuk saja tidak bisa.
Firoun merasa dirinya sebagai Tuhan, tapi ketika ada air laut yang meluap saja sudah panik. Akhirnya tenggelam dalam lautan.
Selesai jumatan kemudian ziarah ke makam Nyai Harjo Besari, kalau tadi malam ziaroh ke makam Kyai Haji Abdurrohman. Kami membaca tahlil dan beberapa amalan sinengker lainnya.
Kemudian kami kembali ke pendopo Kyai Gun.
Setelah makan siang, dilanjutkan dengan wejangan sinengker , hingga pukul 15.30.
Selepas itu kami diijinkan pulang. Tapi saya belum bisa pulang karena yang menjemput belum datang. Hingga jam 16.00 dikumandangkan adzan asar , adikku yang menjemput baru datang. Kami ikut sholat, setelah itu baru pulang dan tidak lupa membawa air sumur Tegalrejo yang mengandung keberkahan itu.
Alhamdulillah Allah memberikan kekuatan kepada kami, hinga kami bisa mengikuti seluruh tahapan peribadahan.
semoga Allah memberikan keberkahan kepada pembaca semuanya. AAMIIN.
Magetan, 12 Juli 2020
Asalamualaikum warrohmatullohi wabarokatuh.
BalasHapusPerjalanan hidup manusia bagai roda yg berputar. Diawali suasana kebiasaan, akhirnya kebiasaan itu menjadi sesuatu yang noasa dilakukan. Dalam perjalanannya ada kalanya hidup itu, di hantam gelombang badai yang munglin berat dirasakan,bergantung pada stamina kondisi seseorang menerimanya.
Saatnya kita berguru, mencari ilmu demi kelak hidup yang lebih langgeng. Ibadah tentu menjadi tujuan kita sebagai jalan menuju ke syurga Alloh Yang Maha Penentu.
Dengan kisah perjalanan yang Anda lakukan menjadi pembuka inspirasi hidup ini.
Percayakan hidup ini fitentukan oleh Gusti Alloh. Namun kita jangan terlalu pasrah dengan keadaan. Usaha dengan bertawakal, Alloh akan mengabulkan apa yang di mau oleh umatnya.
Sekelumit nyanyian siang hari, untuk saudaraku, Pak e Diar
Pak De Noto.
Wasalam.
Aamiin Yaa Rabbal Aalamin
BalasHapusNggih matur nuwun pakde Noto donga pangestunipun ingkang kulo ajeng ajeng, mugi barokah
BalasHapus