Kemarin saya mendapat undangan dari Dekan FKG Unair untuk mengikuti Zoom pertemuan wali mahasiswa. Ini inspirasi bagi saya bahwa walapun ditengah pandemi Covid 19, kegiatan akademik di Unair berjalan seperti biasa. hanya modanya menggunakan moda daring.
Istilah Stovit mungkin terasa asing di telinga kita, tapi tidak untuk keluarga besar FKG Unair. Stovit adalah sekolah dokter yang didirikan tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia. Didirikan atas prakarsa Dr. Lonkhuizen Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat.
STOVIT itu adalah singkatan dari School Tot Opleiding van Indische Tandartsen, intinya adalah Sekolah Kedokteran Gigi.
Kemudian tahun 1942 di masa pemerintahan Jepang berubah nama menjadi Ika Daigaku ( Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi , direktur utamanya adalah Dr. Takeda lalu diganti oleh Prof. Imagawa. Pada tahun 1947 berubah nama menjadi Tandheelkundig Institut dan tahun 1948 berubah menjadi Universiter Tandheelkundig Instituut (UTI) and Faculteit voor Genesskunde dibawah Indonesche Universiteit Surabaya.
Kemudian tahun 1949 sd 1953 berubah menjadi Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi (LIKG) dan tahun 1954 hingga sekarang bernama Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Demikian seperti dipaparkan oleh Pak dekan Dr. Agung Sosiawan,drg., M. Kes.,M.H., beliau juga menjelaskan hal ikhwal perkuliahan di Unair.
Kecuali itu juga menghadirkan dua alumni sukses untuk menginspirasi wali mahasiswa. Yaitu Dr. Bachtiar yang ketika lulus dari Unair langsung diterima di Wamil. Sekarang Beliau bekerja di salah satu rumah sakit di Makasar.
Yang menarik , Beliau juga menyampaikan 5 kunci sukses lulus FKG Unair
simak berikut ini :
Kemudian alumni sukses yang ke 2 adalah Dr. Ita Lestari yang bekerja di Jakarta. Diceritakan ketika kuliah di Unair Beliau tidak mendapatkan restu dari orang tua, bahkan dicaci maki. Akhirnya Beliau membiayai kuliahnya sendiri hingga lulus. Saat itu mendirikan foto copy di kampus. mirip ceritanya Chairul Tanjung.
Sekarang Beliau mendirikan klinik gigi karena melihat tantangan sebagaai berikut ;
1. Masyarakat takut ke dokter gigi.
2. Mahal
3. Dentist praktik pasiennya sepi
4. Pendapatan dentist di bawah rata-rata.
5. Dentist hanya pelengkap bukan yang utama.
6. Pelayanan bagus = mahal.
7. Pelayanan jelek = murah.
Ini yang kemudian menjadi semangat beliau sebagai dokter gigi untuk bisa menebar manfaat dan merubah persepsi masyarakat bahwa pergi ke dokter gigi itu menyenangkan, ramah, tempatnya asyik, nyaman dan bisa terjangkau oleh banyak lapisan masyarakat.
Ft. Dokumentasi pribadi
Dengan berfocus pada pelayanan yang menyenangkan, klinik yang nyaman, tim yang ramah, harga yang terjangkau , CDC dan DUI mendapatkan kepercayaan positif dari masyarakat sehingga pertumbuhan cabang bertambah secara signifikan hingga saat ini sudah memiliki 20 cabang yang tersebar di Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.
Mimpi drg. Ita membuka hingga 100 cabang di Indonesia. Semoga semakin sukses dokter.
Dari tulisan di atas juga terlintas di pikiran saya bahwa pada jaman dulu yang bisa sekolah disitu kaum bangsawan, sekarang siapapun bisa sekolah disitu , sudah barang tentu syarat dan ketentuan berlaku.
Untuk itu bagi anak muda calon pemimpin masa depan , manfaatnya fasilitas ini sahingga kalian bisa sekolah disitu. Yang sudah sekolah di situ manfaatkan kesempatan ini, agar bisa meraih impian dengan gemilang.
Burung Irian burung Cenderawasih, cukup sekian terima kasih
Magetan, 27 September 2021
Sangat menginspirasi
BalasHapusTerima kasih cak Inin
BalasHapusSemangat melebarkan sayap
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusMantap......sangat menginspirasi ayah, trimakasih š
BalasHapusThank you
HapusHebat. Menginspirasi.
BalasHapusTerimakasih mas Doktor, sudah berkenan mampir
BalasHapus