Rabu, 16 September 2020

Pojoksari, Desa penuh potensi

 Potensi Desa Pojoksari

 

Saya meulis buku untuk desa Pojoksari , Desa dimana saya dilahirkan dari nenek moyang saya. 

 Ternyata banyak yang bertanya berkaitan tugas sekolah, tugas kuliah, atau sekedar ingin tahu bagaimana asal usul desanya.

 Sebelum buku ini di tangan anda silahkan kalau ingin membaca informasi tentang desa Pojoksari bisa di lihat di tautan  berikut ini, dan jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya. Tuliskan nama dan kota anda. Selamat menyaksikan.

 Kalau ada masalah  hubungi  08125212122 wa

Potensi Desa Pojoksari 

Selasa, 15 September 2020

Pembelajaran di Masa pandemi COVID-19

gambar ilustrasi: dokumen pribadi
 
Tahun pelajaran baru, dimulai 13 Juli 2020, sejak Mendikbud mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun kampus perguruan tinggi menggunakan metoda daring.Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai  penyebaran Coronavirus disease (Covid-19).

SMPN 1 Takeran sebagai sekolah berbasis IT dalam melaksanakan pembelajaran  moda daring memakai program moodle. Program ini free, sehingga menghemat keuangan sekolah. 
Keunggulan program ini, Kepala Sekolah bisa mengakses aktivitas guru  dan siswa. KS bisa mengetahui  siapa yang tidak  hadir  dalam pembelajaran itu,  seluruhnya, baik guru maupun siswa.

Kemudahan bagi guru  
Guru bisa mengupload materi  sebelum pembelajaran,  sesuai  dengan silabus.  Kemudian tugasnya  juga sudah  diupload  dalam  program itu,  nanti kalau siswa sudah selesai mempelajari  materi  kemudian mengerjakan tugas,  tugas  langsung  bisa  dikoreksi  oleh guru,   dan langsung bisa diberi  nilai. Guru juga bisa memberikan  komentar, pada kolom  komentar.

Tampilannya seperti  gambar berikut:



Materi matematika  kelas 7.
Kemudian  tugasnya  seperti  pada tampilan  berikut:



dari  tugas  yang dikerjakan siswa langsung  bisa  dikoreksi dan dinilai  oleh  guru 

Gambar  tersebut  bisa  diketahui  dari  32 siswa dalam 1 kelas yang aktif  ada 26 siswa  dan yang tidak aktif ada 6 siswa. Untuk  memberikan komentar  atau  umpan balik bisa  klik view all submissions.

Kendala  bagi guru 
Belum semua guru paham dengan program ini, ada siswa  yang  tidak aktif tadi,  masalahnya  bisa  bermacam  macam.
Mungkin bangun kesiangan, mungkin  tidak  punya  paketan, tidak punya HP, mungkin  tidak  ada sinyal atau ada anak  inklusi. Mungkin juga lupa  pasword. 

Kendala  bagi siswa 
Lupa user dan pasword, bangun kesiangan. tidak  tinggal bersama  orang tua,tidak punya HP atau  paketan ,tidak  ada sinyal ,jenuh, malas, motivasi  belajar rendah.

Solusi terhadap  permasalahan 
Setiap  guru  memiliki  group  WA kelas  yang diampu.  Setiap  hari  mengingatkan  siswa  untuk  segera  absen. Contoh Ibu Endah. Setiap  hari  mengabsen siswanya,  mengingatkan "ayo siapa  yang belum mengerjakan  tugas". Maka  siswa  terus   mengerjakan tugas. Diliat  75% mengerjakan. 

Untuk anak yang bangun kesiangan, minta tolong  keluarganya  untuk  setiap hari  membangunkan.  Untuk yang  tidak  punya  HP  bisa  bergabung  dengan teman  dekatnya,  bisa  pinjam  milik  keluarganya yang lain. 

Untuk  anak  inklusi  dikunjungi  ke rumahnya,  mengerjakan apa yang bisa  dikerjakan,  anak  inklusi  ini  kadang  membaca  saja  belum bisa,  menulis  satu  kata,  kata tertentu .

Yang  tidak  ada  sinyal  bisa  ditunggu  24 jam. Yang  tidak semangat,  motivasi belajar  rendah  bisa  disemangati,  guru  BK sebagai motivator, bisa  memberikan materi  motivasi  belajar.

Hitungan  ekonomi
Dalam  satu  bulan  rata rata  anak-anak  menghabiskan  pulsa Rp. 60.000. Sedangkan  kalau  masuk sekolah  dengan asumsi  uang  saku Rp. 5000 per anak, maka dalam satu bulan harus mengeluarkan  uang 5000x25 = 125.000. Kemudian ditambah  transportasi  sepeda motor dengan bahan bakar  Rp. 3000, maka Hitungan nya menjadi  3000x25=75.000. Sehingga  jumlah total Rp. 200.000.

Maka  dengan moda  daring ini  sebenarnya tiap  bulan bisa menghemat  uang Rp. 140.000.
Sehingga kalau "jujur"  alasan  daring  menghabiskan  pulsa  banyak,  itu  tidak  benar. Yang  penting,  kita bersama  menjalani  ini semua dengan iklas, dengan semangat,  dengan doa  semoga pandemi  segera berlalu.  Saya  yakin  tak  selamanya  langit itu  kelabu. 

Takeran, 15 September  2020.


Senin, 14 September 2020

Suharto menjalankan tugas negara

sumber  ilustrasi: dokumen  pribadi 

Ini bukan Suharto Presiden ke 2 RI, tetapi Suharto sahabat saya lulusan SPG Magetan tahun 1986. Hanya saja namanya sama, barangkali bapaknya  berharap kelak anak ini memiliki keberuntungan  seperti pak Harto. 

Selepas tamat dari SPG N Magetan, Pemuda yang aslinya Blaran Kecamatan Barat Kab Magetan  ini merantau mengadu nasib ke negeri orang, nun jauh di sana di Kalimantan,  dia tidak takut karena semasa SPG, kami dibekali disiplin ketat,  belajar keras, hidup sederhana. Itulah keseharian kami. 

Tanggal 15 Juli 1988 dia mendapat tugas mengajar di desa Sepoyu, Kec Delang Kab. Lamandau. Hari itu juga dia ingin berangkat dan mencari klotok (sebuah transportasi air seperti perahu )untuk berangkat. Saya bertanya kepada masyarkat yang ada di tepian sungai, mereka jarang yang tahu alamat yang dituju.

"Pak mohon ijin bertanya, desa Sepoyu, Kecamatan  Delang itu  di mana ya?" Tanya  dia harap harap  cemas. Bercampur  aduk antara senang  dan cemas. Senangnya  karena sudah mendapatkan  SK, cemasnya  nanti  lokasinya  bagaimana, nanti murid  muridnya seperti apa , masyarakatnya bagaimana. Terjadi diskusi tanya jawab dalam hatinya,  semua jawabannya  adalah ketidak tahuan dan ketidak pastian. "Sudah jalani saja saya yakin Allah akan menolongku." Suara hatinya.

"Saya tidak tahu pak," rata rata jawaban orang seperti  itu.

Tiga hari dia  mencari klotok tetapi  tidak menemukan , kemudian hari keempat dia bertanya pada seseorang , dia mejelaskan
" Kalau mencari orag yang ke sana bapak cari orag laki laki yang menginang." Jelas orang ini. Hati dia  agak tenang, ada titik temu untuk  dia bisa berangkat ke sana.

Akhirnya dia berjalan ke hulu dan tidak jauh dari tempat tersebut tiba tiba  muncul orang setengah baya yang menginang. Setelah bercenkrama akhirnya mereka ikut beliau.

Mereka beangkat pukul 15.00 sore. Dan di tengah perjalanan kipas klotok lepas. "Waduh bagaimana ini"  Pengemudi klotok memberitahu ke kami.

"Pak maaf, kipasnya lepas, jangan sampai mengulurkan tangan keluar ya,  takut ada buaya." Hatiku  merasa  cemas.

"Ya Allah di mana ini aku, tidak menyangka sampai di sini."  Alhamdulillah  
Akhirnya kami tetap di klotok semalam.

Pagi pagi  mereka  berankat. Sebelum berangkat  mereka memasak dulu di tepi sungai. Dan itu mereka lakukan 5 hari 5 malam. Mereka siang berjalan dan malam tidur di tepi sungai tengah hutan beralaskan daun dañ kerikil sungai. Untung  di SPG dulu juga ada pelajaran Pramuka. Pramuka adalah ekstra wajib waktu  itu. Pramuka mengajarkan  kami mandiri,  berani, setia,  tanggung jawab dll.

Suara kera ,wawa, burung hantu dan suara aneh lain  mengiringi perjalanan mereka, 
Setelah dipemberhentian klotok terakhir , dia berjalan di jalan  setapak di tengah hutan  tepi sungai. 

Dia  bejalan 16 km , kira kira perjalanan Maospati Magetan, ditemani orang dayak , 2 ekor añjing, mandau dan tumbak. Setelah sampai tempat tugas dia dibawa ke rumah kepala adat.  Di situ dia  disuguhui kinang dan tua. Gula masih jarang. Tapi dia tak menginang dan minum tua. Akhirnya tuan rumah mencarikam dia nira.

Malam hari dia di suruh makan dengan lauk ikan, yang disayur dan dicampur daun singkog.  Micin , bawang,belum ada waktu itu. 

Malam kedua dia disambut secara adat dengan tarian adat. Tarian tersebut berpasangan. Karena dia  belum punya istri maka dia menari berpasangan dengan gadis sana. Tapi dia tidak berpikir yang macam  macam. 

Dia menari sampai sembilan putaran, menyesuaikan dengan irama yang ada sebisa dia. Kalau yang sudah punya istri tidak boleh berpasangan dengan yang lain. Berpasangan itu hanya sekedar menari saja  tidak  untuk  yang lain. 

Sebenarnya  yang dia masih penasaran, dia ingin segera bertemu  murid muridnya. Tapi dia yakin  besuk  akan diantarkan ke sekolahnya oleh kepala adat.

Di kampung ini orng memasak, mencuci, buang hajad ,mandi dan mengambil air minum di sungai. Orang minum masih banyak yang pakai potongan bambu, mengambil air di sungai pakai buluh( bambu yang ruasnya panjang dan tipis)  rumahnya tinggi tinggi  dengan tujuan menghindari gangguan binatang buas dan manusia yang  jahat.

Lampu listrik belum ada . Lampu minyak masih jarang, kalau tidak ada minyak merekapun bikin penerangan di bawah rumah dengan  membakar kayu. 
 
Keesokan harinya saya diantar ke sekolah, ternya muridnya banyak sekitar 100 anak. , muridnya baik baik, guru guru juga baik. Disana kalau ada guru baru yang belum bergaji, kesejahteraannya ditanggung seluruh wali murid. Tapi  Dia sudah ber SK. 

Kalau ambil gaji mereka harus berjalan menerobos hutan 20 km yg banyak pacetnya. Senang sekali mendapatkan gaji yang pertama, walaupun harus menembus  semak semak hutan Kalimantan. 

Inilah sahabat muda kisah perjuangan teman  saya yang ingin memajukan pendidikan, ingin hidupnya berarti dan bermakna bagi negaranya tercinta,  tidak pernah mengeluh, karena mereka sadar mengeluh tidak menyelesaikan  masalah. Hidup ini harus dijalani dengan tegar. 
Sekarang dia sudah pindah di SDN 4 Baru, Pangkalan Mbun Kabupaten Waringin Barat,  Kalimantan Tengah sedang berbahagia bersama anak istrinya, dan tinggal di kota. 
sumber ilustrasi: dokumen  pribadi 

Berjuang tidak harus memanggul senjata, mencerdaskan anak bangsapun tidak kalah mulia dan berjasa.

Akhirnya  sahabat  saya ini menikah dengan gadis Dayak yang cantik  pujaan hatinya,  mereka hidup bahagia, mereka betul betul menerapkan kebhinekaan seperti  yang diajarkan oleh gurunya. Saling menghormati, saling menghargai. Semua suku adalah saudaranya  karena telah dipersatukan  dalam sumpah pemuda.

Bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa persatuan  bahasa, Indonesia.

Magetan 28 Oktober  2020.

Minggu, 13 September 2020

Pelopor dan educator

Tadi malam saya membaca  kiriman artikel  dari sauadara saya , Mas Subairi  KS SMP1  Panekan, judulnya  Terminologi OTG. 

Terminologi  itu  ilmu tentang peristilahan atau ilmu tentang istilah dan penggunanya. 
OTG adalah orang tanpa gejala, maksudnya  orang yang sebenarnya  pada dirinya  terkena virus covid-19  tapi tampaknya  sehat  sehat  saja, atau tanpa gejala  apa apa.

Yang seperti  ini kemana-mana  menularkan virus  tapi tidak ada orang yang tahu. 
Siapa  OTG itu,  tidak menutup kemungkinan  adalah  saya, kamu, istri kita, suami  kita,  teman kita di kantor,  teman kita di masjid, tetangga kita. Orang yang bertemu dengan kita tadi malam,  orang yang nanti  bertemu kita di pasar, di mall  dan sebagainya.

Oleh  karena itu  kita harus selalu  waspada  dengan siapa saja,   baik  orang yang tampak sehat  maupun yang sakit.  Kita harus tetap pakai  masker dan jaga jarak. 

Terutama bila takjiah tidak usah berjabat  tangan dengan siapa  saja yang hadir,  lebih lebih berpelukan. Tetap  hadir,  memberikan  ucapan berbela Sungkawa dan mendoakan.

Selepas takjiah,  cuci tangan sebelum masuk rumah,  lepas sepatu  atau alas kaki  kita jangan bawa masuk rumah. Kemudian mandi yang bersih. Demikian juga ketika  kita pulang dari kantor. 

Di Jakarta  di TPU Pondok Ranggon, setidaknya  ada 40 jenazah dimakamkan di situ setiap hari , meningkat  10 jenazah per hari pada Maret lalu. Tempat pemakamannya  ini diprediksi  penuh  sebulan lagi ( Jawa Pos 13 September  2020)

Kejadian ini menjadikan kita untuk  lebih disiplin  dalam melaksanakan  standar protokoler kesehatan. Saya pikir setiap  orang tahu  tentang standar protokoler kesehatan,  tetapi kebanyakan belum atau tidak melaksanakan dengan disiplin dan iklas. 

Bahkan membaca  tulisan yang berkaitan  dengan covid-19  saja sudah bosan. Termasuk membaca tulisan ini mungkin.

Langkah strategis 
Menjadikan setiap kita semua sebagai pelopor dan educator pemutusan mata rantai  penularan  covid-19. 

Kita menjadi contoh  untuk  melakukan  standar  protokoler  itu dimanapun  kita berada. Di keluarga kita,  di kondangan,  di masjid, di kantor,  di mall, di pasar,  di mana  saja kita berada.  

Kemudian memberikan  edukasi  kepada  orang-orang  dekat  kita,  untuk  melaksanakan  standar  protokoler  kesehatan dengan kesadaran  diri  yang baik,  yang iklas,  yang disiplin. 

Kita  ajak  orang sebanyak banyaknya untuk  menjadi  seperti  kita yaitu  pelopor  dan educator. 

Magetan,  14 September  2020



Berjuang memajukan anak bangsa

Hari ini saya ingin menulis catatan perjalanan teman saya SPGN Magetan. Namanya Siti Aminah,  Dia lulus SPG tahun 86, rumah aslinya adalah Desa Tambakrejo, sbelah timur stadion.

Setelah lulus dari SPG kemudian melanjutkan kuliah di STKIP PGRI Lamongan. Lulus kuliah tahun 92 melamar guru CPNS di terima, sehingga tahun 93 mulai berdinas di SDN Bojoasri. Sebuah desa yang terpencil saat itu, jalannya sulit, lebih lebih kalau musim penghujan, licin, harus melewati sawah sawah yang berfungsi sebagai tambak. 

Dia diantar oleh seorang bapak yang bernama Suparno dari dinas Pendidikan dan Kebudayaan, saat itu namanya Dikbud. Naik sepeda motor menyusuri desa jauh sekali, jalanya sulit.  

"Lho ini mau kemana pak?" sambil merasa cemas, dalam hati bertanya mau diantar kemana ini saya jalanya kok seperti ini , jauh sekali, kok kelihatan seperti terpencil dan ter... ter... lainnya.

"Iya bu ini menuju sekolah dimana ibu bertugas,"  Jawab pak Parno yang baik hati ini, sambil mengemudikan "honda", sepeda motor tua keluaran pabrik yang pertama.

Menurut dia kedatangannya tidak diterima spenuh hati oleh masyarakat. Karena cerita awalnya tanah yang digunakan untuk mendirikan SD itu adalah tanah wakaf. Pihak muwakif (orang yang mewakafkan ) ingin agar tanahnya digunakan untuk membangun SD ( Sekolah Dasar ), tapi pihak masyarakat ingin didirikan sekolah MI. Akhirnya tetap didirikan SD. 

Berawal dari situ, masyarakat tidak sepenuh hati menyekolahkan anak-anaknya di situ. Dari apa yang diceritakan dapat saya pahami bahwa pandangan masyarakat tentang pendidikan masih rendah, itu "tempo doeloe". 

Masyarakat baik laki-laki maupun perempuan  memakai sarung. Sehingga ketika  bu Siti datang kesana pakai celana Jean dipandu dengan atasan hem, masyarakat dan anak anak melihat seperti itu sebagai pemandangan yang aneh. 

Kalau musim penghujan istri pak Jwd ini,  berangkat ke sekolah pakai perahu, karena  pasti banjir dan kedalamannya mencapai 2 meter. Sudah  bersusah payah ke sekolah seperti itu, muridnya tidak ada yang datang. Ada beberapa yang datang itu malah berenang. 

"Lho kamu kok tidak pakai perahu nak," sapa bu siti pada anak anak yang datang sambil berenang dengan tas dipanggul di punggungnya. Jangan bertanya pakai celana pendek atau tidak, hanya bu Siti yang tahu. Yang ini tidak diceritakan. "Disensor".

"Perahunya di pakai bapak saya ke tambak bu," jawab anak-anak, sambil menggigil kedinginan. Bapaknya kok ya tega ya membiarkan anaknya pergi ke sekolah sambil berenang. Anak- anak Lamongan pandai berenang, karena lahir di daerah banjir, jadi berenang merupakan pembelajaran pertama yang dialami sejak sebelum sekolah.

Teringat teman teman saya semasa kuliah di IKIP Surabaya, mereka betul betul berjuang untuk bisa sekolah di Surabaya. Teman teman saya rata-rata memiliki pemahaman agama yang baik, sholatnya rajin, hubungan dengan teman-temannya juga baik, saling menghormati, saling menghargai dan saling menyayangi. 

Teringat juga tenda biru pak Ari, seorang penjual ayam goreng yang mangkal di depan SMP 3 Maospati. Dia merantau dari daerah asalnya, Lamongan untuk mengadu nasib di Magetan, karena mengingat masa kecilnya yang sering kebanjiran ketika musim penghujan, kalau sekolah harus berenang seperti muridnya bu Siti Aminah.

Tetangga saya namanya Pak Pariyo, bahkan masih ada hubungan saudara dengan keluarga saya, beliau pertama ditugaskan di Lamongan, sekitar tahun 70 an. Beliau alumni SPGN  Magetan juga. Kalau liburan sekolah itu pulang ke Magetan jemari tangannya dan anak istrinya terkena penyakit gudik. 

Tapi itu semua adalah "tempoe doeloe", seiring dengan majunya pendidikan dan jaman orang-orang lamongan bisa memberdayakan tambaknya dengan baik, sehingga produktifitasnya tinggi, akhirnya perekonomian semakin baik dan maju sehingga banyak orang-orang kaya di Lamongan.

Sekarang bu Siti  sudah pindah  di SD Mungli  Kec  Kalitengah,  yang berjarak 1 km dari rumahnya.  Dia sedang berbahagia dengan suami dan 2 anaknya   yang sekarang sedang menimba ilmu di  Malang, dan yang kecil  di MAN Lamongan.

Di sekolahnya  ada 10 orang  guru yang terdiri  dari 6 PNS dan 4 GTT/PTT. , Dengan jumlah siswa 107 anak. 

Selamat  berkarya bu Siti,  perjuangan penjenengan  masih sangat  dibutuhkan  untuk  mendidik  dan mengajar  anak bangsa  untuk  memiliki  karakter yang baik sehingga  memiliki  wawasan  dan  cara berpikir  yang luas , saling menghormati,  saling menghargai  sehingga  menjadi  anak-anak  hebat  berakhlak  mulia  tempat  kita berlindung  dihari  tua  sampai  akhir  menutup  mata. 

Magetan,  14 September  2020


 



Sabtu, 12 September 2020

Citizen of the world

Judulnya pakai bahasa Inggris, tapi kata  ini  sering dipakai  oleh banyak orang,  jadi serasa sudah familier. Artinya warga dunia.

Anak muda sekarang  harus disiapkan ke sana,  agar mereka tidak canggung dalam pergaulan dunia,  menurut saya kemampuan  bahasa Inggrisnya harus top, baru kemudian memiliki karakter yang baik. Atau dibalik  memiliki karakter yang baik baru  bahasa  Inggrisnya ditingkatkan.  

Kemudian yang ketiga memiliki keilmuan sesuai dengan profesinya, atau life skiil  yang bagus. Dengan  ini keberadaannya  akan memberikan  manfaat  untuk  kehidupan. Tanpa ini  hidupnya  akan merepotkan orang lain  atau menjadi beban orang lain  atau  kurang  mandirilah. Atau kalau tidak punya  life skiil  jika bekerja  berada pada "kasta" terendah, gajinya sedikit , kurang beruntungnya selalu  dimarahi  orang lain. 

Beberapa tahun yang lalu ditulis dalam berita,   TKI di Malaysia  distrika punggungnya. Subhanalloh. Kita tidak tahu kesalahannya  apa, bisanya  hanya menduga duga. Mungkin  cara setrikanya tidak benar, mungkin malas,  mungkin tidak disiplin dan lain sebagainya. 

Sekitar  tahun 1997,  saya mengajar  bahasa  Inggris di SMP 2 Kawedanan, karena guru Bahasa Inggrisnya kurang,  saya memotivasi  anak-anak  untuk  belajar  bahasa Inggris yang sungguh sungguh,  karena  siapa  tahu  kalian nanti  pergi  ke luar  negeri  kamu bekerja di sana.  

Ternyata  betul  diantara  mereka  sekarang  ada yang di Taiwan,  ada yang di Jepang. Luar biasa,  itulah  pentingnya  posisi guru , dalam membentuk  karakter  anak.  Menyiapkan anak menjadi "citizen of the world." Diakui  atau tidak diakui itulah adanya. Diakui  atau tidak diakui tidak masalah, karena sudah terbiasa. Terbiasa tidak diakui  maksudnya.

Alhamdulillah  mereka  baik-baik  saja,  bisa menyesuaikan diri  hidup  di negeri  orang.  

Kok  hanya  2 orang?,  hehe 
Yang laporan  hanya dua  orang,  tapi  saya yakin  lebih dari  itu. 

Dalam pelajaran  bimbingan konseling juga saya isi dengan motivasi,  agar anak-anak  semangat  belajar,  memiliki  keberanian  untuk  pergi jauh. Imam syafii  berkata,  "anak panah  akan mengenai sasarannya  setelah lepas dari busurnya".

Artinya  kita  akan  hidup  yang sesungguhnya setelah kita pergi  dari rumah, pergi  dari kampung kita,  bahkan mungkin pergi dari negeri kita. 

Air akan  menjadi  bau kalau  tidak mengalir,  tapi kalau mengalir akan tetap bersih,  akan lebih  banyak memberikan manfaat  untuk  kehidupan,  akan bisa mengairi  sawah, untuk  memandikan ternak,  dan lain lain. 

Itulah pentingnya kita pergi dari rumah.
Ketika  itu,  kita harus bekerja sungguh sungguh,  kalau tidak bekerja tidak bisa makan. Tidak  ada orang yang berbelas kasihan kepada kita. Kalau di rumah  tidak kerja,  orang tua yang kasih makan. Kalau  di negeri  orang kita tidak tahu. Oleh karena itu  harus disiapkan  sungguh  agar menjadi  "citizen of the World"  yang tidak memalukan.

Yang ke 4  siapkan fisik anda sejak dini betul betul sehat, makan yang bergizi, olah raga yang teratur, sehingga  tubuh anda sehat dan kuat. Sekarang ini makan itu  menjadi masalah nasional. Bukan karena tidak ada makanan, tetapi karena salah pola makan. Anak-anak  ketika kecil  sudah dihadapkan  pada makanan  makanan  yang tidak sehat, entah bumbunya  apa, mengandung pengawet, perasa, pewarna, pemanis, penyedap, dan lain lain, akhirnya  menyebabkan nafsu  makannya itu  berkurang,  akhirnya  makannya  tidak  teratur  sehingga masih muda sudah punya  penyakit  gangguan pencernaan.

Yang ke 5 . Doa,  doa adalah senjata orang mukmin , dengan doa  akan  ditolong  oleh Allah,  akan dilindungi  Allah  dan akan diberikan  jalan keluar  yang baik  dari  masalah masalah yang  kita hadapi.

Demikian  semoga kita semua, orang tua, guru, masyarakat,  bisa membantu anak anak kita untuk menyiapkan diri menjadi "citizen of the world."

Magetan,  13 September  2020.








Sama-sama kehabisan ide

Gara gara tulisan saya dibaca istri, akhirnya  kami makan di luar. Saya menuliskan untuk  penulis yang kehabisan ide, salah  satunya adalah pergi ke luar kota bersama orang orang yang disayangi dan dicintai.
"Mas ayo kita makan di luar", sapa istri saya menghampiri  ketika saya  sedang asyik menulis.
"Lha kenapa?" Tanyaku kepo. 
"Saya benar-benar  kehabisan ide  untuk  memasak". Argumentasinya  sambil membenarkan posisi  jilbabnya  yang sebenarny sudah rapi. 

"Saya tadi membaca  artikelmu,  katanya kalau kehabisan ide  suruh pergi ke luar kota bersama  orang-orang  yang disayangi dan yang dicintai." Lanjut  dia. 

"Iya deh, " wah ini senjata makan tuan, gumamku dalam hati  sambil  senyum  senyum. Sebenarnya  apa yang saya tuliskan itu  untuk  seorang penulis, bukan seorang ibu yang kehabisan ide memasak. 

Tidak lama kemudian kami  sudah siap  bertiga di mobil  Phanter  lawas  keluaran pabrik tahun 2002 itu. Biarlah lawas, yang penting tidak macet, setia mengantarkan kami  kemanapun  kami pergi dengan selamat. 

Hari ini hanya bertiga, saya, nyonya dan si kecil, Hindun mamanya. Karena anak  saya yang pertama  pergi  ke Trenggalek  untuk  menyiapkan  pernikahannya. Rencananya nanti tepat  bersamaan  dengan   hari jadi Kabupaten Magetan yang ke 345, yaitu taggal 12 Oktober 2020, akan dilangsungkan pernikahan dengan gadis pilihannya, Intan namanya. 

"Jlalah kersaning Ngalah" , juga bersamaan dengan HUT  sekolahku  dimana aku bertugas,  SMP N 1 Takeran. Ya Allah punya gawe  kok ya bersamaan. Ya,  tidak apa-apa  malah  bisa jadi  "pengeling eling"(pengingat) bahwa pernikahanya  bersamaan  dengan HUT  Kabupaten  Magetan  yang ke 345. "Jlalah" lagi  angkanya  kok ya runtut  345. Semoga  pernikahnya  "tansah atut  runtut  reruntungan wiwit alam donya nganti tekan delahan".(selalu  hidup rukun,  bersatu padu, mulai dunia hingga akherat ).

"Sudah, silahkan  kamu pingin makan apa", sapaku pada si kecil. 
"Gurami bi, sama cha kangkung,  sama urapan", jawabnya sambil  memegang pulpen dan daftar pesanan.
" Iya, tulis saja , dan serahkan pada mbak e itu", Telunjuk  saya menuding  pada wanita muda  yang berdiri disebelah  sana.
"Minumnya apa bi?
"Aq suka jus alpokat,  tapi gak pake es."   
"Aku suka jeruk hangat  saja, kamu suka apa?" Sambung Ibunya, sambil jemari tanganya utak utik  di telfon genggamnya. 
"Aku juga jeruk hangat  saja." Jawab sikecil sambil menuliskan daftar pesanan.

Tak lama kemudian  pesanan  minumanya  sudah diantar, bersamaan dengan para seniman muda menghibur kami dengan lagu  yang  aq tak tahu judulnya.
Biasanya  yang seperti  ini tidak ada,  tapi  karena covid-19 , akhirnya  para seniman tidak bisa manggung  ditempat  hajatan, lantas ngamen dimana saja yang bisa dilakukan. 

Satu lagu berakhir,  pesanan  makanan lengkap sudah dihidangkan  dimeja, kami menikmati sajian ini sebagai variasi di akhir  pekan kami.
Sambil makan aku berpesan pada si kecil, "besuk kamu kalau kuliah di mana saja, kamu harus bisa hidup mandiri, jadilah pribadi yang mandiri, disiplin, jujur dan  bertanggung jawab. Abi hanya bisa memantau kamu dari jauh", terang saya sambil menerawang jauh, seoalah olah ditinggal merantau di negeri jauh oleh anak gadis yang saya sayangi,  untuk menimba ilmu.

"Bunda  Titik,  bu Bupati itu berharap pada anak muda Magetan  bisa menjadi "citizen of the World". Jadi warga dunia. Tidak  hanya menjadi warga negara Indonesia, tetapi warga dunia yang baik. Artinya dimana saja kamu  berada,  kamu bisa hidup bersama. Di mana bumi dipijak, di situ langit  dijunjung", lanjut  saya.
"Iya bi, insyaAllah ", jawab dia singkat.
Tak terasa apa yang di depan kami sudah tinggal tulang belulang, pertanda kami sudah kenyang, saatnya harus pulang.

Demikian,  cerita diatas  adalah contoh nyata  apa yang bisa dilakukan penulis saat kehabisan  ide. Untuk  seorang  penulis tak akan kehabisan ide,  ide seorang penulis hebat,  seperti air sumur zam- zam yang tak akann pernah kehabisan sumber airnya. Walaupun orang seluruh penjuru  dunia datang mengambil dan meminumnya.

Magetan,  12 September  2020.