Sudah lama saya tidak bepergian ke Surabaya Lebih-lebih naik kereta. Naik kereta terakhir tahun 2016. Saat itu masih aktif sebagai Instruktur Nasional guru pembelajar.
Saya buka aplikasi, ternyata sudah jauh beda dengan 6 tahun yang lalu. Tapi segera saya bisa menyesuaikan. Jam 05.45 saya sampai stasiun. Trus menuju loket.
"Beli tiket mas, untuk 2 orang." Sapa saya pada petugas.
"Tujuan mana pak?"
"Surabaya Gubeng".
"Bisa pinjam KTP Bapak."
"Bisa."
"Kereta api Mutiara Selatan Eksekutif berangkat jam 06.20 tujuan Stasiun Gubeng 2 orang, sit 9A 9B , Rp. 130.000."
"Oke , ini terima kasih." Jawab saya sambil mengeluarkan dompet dan melunasinya.
Kalau harga normal untuk kelas dan tujuan yang sama 1 seat Rp 305.000.
Tapi saya dapat Go Show. Jadi satu seat hanya Rp. 65.000. Murah banget kan.
Kami bisa lebih hemat Rp. 430.000
Pukul 06.5 kereta api sudah tiba, dan kami segera naik. Mencari seat kami 9A ,9B.
Segera kami duduk. Saya amati beberapa fasilitas yang tersedia. Seperti di depan tempat duduk saya ada tumpangan kaki.
Sandaran kursi juga bisa distel sesuai dengan kesukaan.
Liat itu di sebelah kanan Anda ada tombol. Tekanlan sambil kau tekan punggung Anda ke belakang.
Ada lagi Sandaran tangan itu bisa di buka , kemudian ada meja kecil yang bisa di gunakan. Jika anda sedang makan atau Anda sedang menulis di laptop. Anda bisa gunakan itu.
Satu lagi gerbongnya bersih sekali tak ada satupun sampah di sana. Sesekali petugas sampah melewati kami memeriksa sampah yang ada.
"Adakah sampah, adakah sampah?" Kata Dia.
Kemudian penumpang menyerahkan sampah yang ada, dan dimasukkan ke karung sampah. Para penumpang kesadarannya sudah luar biasa, terutama saya, karena saya Kepala Sekolah Adiwiyata Propinsi. Jadi kalau melihat sampah itu selalu reflek berpikir. Pungut simpan atau buang ke tempatnya.
Oo iya tumpanganya halus sekali rasanya seperti Naik Fortuner. Mobil terbaik yang pernah saya naiki. Bukan mobil saya, tapi mobil senior saya, Abah H. Syaikur.
Kemudian saya ditawari makan pagi oleh petugas restoran. Saya mau lauknya ikan sapi, ada sayur dan kerupuk. Satu porsi Rp. 40.000. Mahal ya. Yah sekali-kali biar tahu harganya berapa.
Dulu juga pernah, tapi saat itu harganya Rp. 20.000 enam tahun yang lalu. Sekarang sudah berubah.
Kalau resep pak Dahlan Iskan agar bisa menghemat uang, beli makanan di luar stasiun, kemudian dibungkus lalu bawa naik kereta.
Saya sedikit berbicara dengan istri, karena seperti biasa saya menulis. Tahu-tahu sudah sampai Mojokerto dan satu jam lagi sampai Surabaya.
Kami sudah 2 bulan tidak ketemu dengan si kecil. Jadi sudah kangen banget. Rupanya Dia sudah mandiri, tambah dewasa. Sudah menyatu dengan kehidupan Kota Surabaya.
Sayangnya saya tidak bawa jajan apa apa, "nanti saja saya ajak makan-makan di luar." Pikir saya. Keberangkatan ini agak mendadak, karena dia pindah Kos. Mencari yang lebih dekat katanya.
Jadi ingat tahun 1996, saat saya kuliah di IKIP Surabaya, saat itu saya mencari kos sendiri, tidak diantar Bapak Ibuk saya. Bahkan Bapak saya hanya menemani saya saat wisuda saja. Tapi tidak menjadi masalah, umumnya saat itu memang begitu , lagian saya seorang anak laki-laki. Jadi harus memiliki mental kuat dan pemberani.
Oke terimakasih pembaca sudah menemani perjalanan saya ke Surabaya. Semoga penjenengan sekeluarga sehat, dan bahagia selalu.
Surabaya, 25 September 2022
Alhamdulillah
BalasHapusSelamat bertemu Si Kecil. Semoga selalu dilimpahi keberkahan. Amin.
BalasHapusHehe njih Mas Prof. Matur sembah nuhun.
HapusSelamat melepas kangen dengan putri tercintanya. And enjoy your trip
BalasHapusTerima kasih bu Cahayati.
Hapus