Apa itu? Memahami diri.
Memahami diri adalah tingkatan tertinggi dalam ilmu Bimbingam dan Konseling.
Karena semua tujuan layanan bimbingan konseling adalah membantu anak agar memahami diri. Orang yang memahami diri tahu banyak tentang dirinya, potensi potensinya, passionnya. Dia juga mengetahui kelemahan kelemahannya. Akan tetapi dia bisa menerima diri, tidak menyalahkan diri, lebih-lebih kecewa akan dirinya.
Dari situ dia bisa mengarahkan diri, mengambil keputusan yang tepat apa yang dilakukannya. Dia mengeksekusi keputusan keputusan penting untuk mencapai cita-cita dan harapannya. Itulah namanya memahami diri.
Orang yang memahami diri selalu bisa memantaskan diri dimanapun dia bermimpi, disinggasana cita-cita, dikerajaan Harapan masa depan.
Dia selalu sakti dalam mengalahkan musuh bebuyutannya, yaitu malas.
Itulah musuh terbesarnya yang punya "aji pancasona." Walaupun mati bisa hidup lagi.
Malas itu sebentar sebentar muncul lagi. Dia selalu mengajak keenakan sesaat, bersantai santai, melalaikan kerajaan harapan masa depan.
Saya berpikir, kesaktian seperti itu seperti wahyu, wahyu itu harus dicari dengan tapa brata untuk mendapatkannya. Tidak sembarang orang beruntung mendapatkannya.
Bagaimana caranya agar bisa memahami diri?
Caranya dengan mengasesmen diri , introspeksi diri, "mulat sariro angroso wani". Bercermin diri, dan terbuka menerima masukan dari orang lain yang objektif dan jujur membantu memberikan informasi tentang diri kita.
Yang terakhir ini biasanya melalui pendidikan khusus, profesi. Itulah konselor yang di sekolah banyak dikenal sebagai guru BK. Mereka memang disiapkan untuk membantu anak agar memahami diri.
Tapi biasanya mereka ditakuti, karena prakteknya "kurang" benar, itu tidak semua tapi kebanyakan begitu. "Polisi sekolah".
Dengan munculnya jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sebenarnya sudah dihapus habis praktek "polisi sekolah", tapi imagenya yang sulit untuk diubah. Bukan tidak bisa tapi butuh waktu dan kesungguhan untuk merubahnya.
Caranya bagaimana?
Caranya dengan meningkatkan pengetahuan dan praktek Bimbingan Konseling. Konselor harus berwawasan luas, berpikir masa depan dan "care" terhadap anak. Kembali kepada "jalan yang benar ". Artinya sesuai dengan keilmuan Bimbingan dan Konseling.
Dengan begitu anak akan percaya kepada kita untuk menyampaikan permaslahannya untuk dibantu memecahkannya.
Magetan, 12 September 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar