Mas Pardi sejak muda tinggal di Kalimantan. Beberapa hari lalu pulang ke Jawa, karena Mas Sumadi saudaranya yang nomor 2 meninggal. Mas Sumadi sakit diabet, disamping usianya juga sudah berkepala 6.
Mas Pardi juga mengidap penyakit yang sama, diabetes, dan akhir-akhir ini disibukkan oleh kegiatan ke sana ke mari. Akhirnya kecapekan hingga menyebabkan gulanya drop.
Beberapa hari yang lalu sempat opname, tapi tidak menunjukkan kemajuan. Akhirnya minta pulang dan menghembuskan nasfar terakhir di rumah duka.
Mas Pardi usianya 56, selisih satu tahun diatas saya. Semasa remaja dia pemain bola top. Hingga berlanjut di Kalimantan sampai kakinya patah.
Di Kalimantan berwiraswasta, sejak itu saya tak tahu banyak ceritanya. Bagi saya bertanya-tanya masalah pekerjaan itu kadang merasa kurang etis, akhirnya tidak berani bertanya. Tapi sejatinya ya tidak apa-apa, bertanya pada saudara sendiri saja.
Tadi kami berjumpa dengan mas Yadi, kakaknya mas Pardi. Banyak cerita darinya, mengenai pengalaman keseharian di sana, dari ceritanya saya bisa menyimpulkan mas Yadi banyak dimintai tolong menyembuhkan orang sakit.
Disamping itu mas Yadi bisa membuat F0. Tahukah anda apa itu? "Profesor saja tidak bisa membuat," kata mas Yadi sambil menghisap rokok gudang garamnya.
Dia sering di undang jadi narasumber untuk hal itu.
"Nggak mau saya jadi narasumber!" Kata dia dengan gaya kasnya, "mekotot."
"Kenapa pak?"
"Saya nggak bisa pake sepatu kok jadi narasumber."
Gerrrr( kami ketawa).
Dasar ya ponakan mbah Tarjo, kalau cerita ya pinter, atau cucunya mbah mBulu. Kebanyakan cucunya mbah mBulu kalau bercerita pinter , hehe.
Singkat cerita, mas Yadi Akhirnya juga mau jadi narasumber bagaimana membuat F0.
Oo iya tadi belum dijelaskan apa itu F0. Adalah bahan untuk membuat jamur, atau bibit jamurlah bahasa mudahnya begutu.
Bibit jamur ini di-banrol Rp. 20.000 satu botol. Bayangkan kalau ini diproduksi besar- besaran maka akan mendatangkan rupiah yang banyak.
Lucu lagi cerita ketika istri mas Yadi sakit, Dia dapat petunjuk untuk merebuskan daun rawe. Rawe itu tumbuhan yang buahnya sangat gatal kalau disentuh. Biasanya tumbuh di sekitar pohon bambu.
Kemudian dicarilah daun itu dan direbus, diminum airnya. Untuk mencoba apakah jamu ini berbahaya atau tidak, diminumlah oleh mas Yadi, "Bismillahirrohmanirrohiim, " tak lama kemudian perutnya mulas, kruwel-kruwwel, katanya.
Kemudian menyuruh istrinya untuk meminumnya. Mulas, kruwel -kruwel dirasakan yang sama oleh istrinya, kemudian ada darah yang keluar dan akhirnya sembuh.
Mas Yadi memperdalam ilmu torikat qodiriyah wa nahsobandiyah. Gurunya tinggal di Sulawesi, kota àtau desanya tidak diceritakan. Dari Kalimantan naik pesawat ke Makassar, masih naik mobil lagi 17 km.
Menurut sang Guru, sebelum ada Wali di tanah Jawa, di Sulawesi sudah ada wali yang menyebarkan agama Islam di sana.
Ilmu toriqoh itu ilmunya para wali, ilmu tua, yang menambah jalannya mencapai kedekatan dengan Allah.
Bulan Maret lalu, saya juga berguru toriqoh, tapi berbeda dengan mas Yadi, toriqoh saya satoriyah gurunya disebut guru mursit, atau guru waskito menurut Gus Dur.
Guru saya tinggal di Tegal Rejo, yang turun tumurun keturunan seorang waliyulloh.
Apa ilmu satoriyah itu? Bagaimana? Maaf hanya sang guru yang boleh dan berhak medhar.
Semoga kita semua jadi orang yang dekat dengan Allah, dengan banyak berdzikir dan beribadah dan perbuatan baik lainya. Dan semoga Allah meridhoi kita semuanya. Aamiin ya Robbal alamiin.
Magetan, 2 Januari 2020
Siap
BalasHapus