Pagi ini, 18 Agustus 2020, seperti biasa di sekolahku diadakan apel pagi. Bertindak sebagai pembina apel adalah bu Sukesi.
Guru IPS yang juga aktif di Pramuka ini
Menyampaikan materi cerita pengalaman pribadi. Seperti biasa setiap pagi sebelum masuk kantor selalu menyiapkan makan pagi untuk keluarga tercinta. Ketika beliau akan pergi, kompor sudah dimatikan. Ternyata separuh jiwanya menyalakan kompor, tapi lupa tidak dimatikan.
Setelah pulang barulah tahu kompor masih menyala, dan panci di atas tungku kompor sudah terbakar menganga. Kemudian kompor dimatikan maka selamat lah tidak sampai terjadi kebakaran.
Saya jadi ingat juga peristiwa di rumahku, saat itu kami berangkat kondangan di Parang. Perjalanan kami sudah sampai Carat Magetan. Tiba tiba istriku risau. "Mas saya tadi menyalakan kompor, saya ragu-ragu apakah sudah saya matikan apa belum, maaf ya mas, kita pulang dulu ya?"
"Ya sudah iya",terus terang perasaanku tidak menentu alias tidak
Stabil, anganku rapuh, hatiku gelisah, mobil saya genjot, spedo meter menunjukkan angka 80. Masya Allah kok terlalu kencang nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana.
Kira kira 25 menit saya sampai rumah.
Diatas rumahku sudah ada kepulan asap. Membumbung tinggi, hitam. Kemudian saya masuk rumah, dalam ruangan rumahku sudah dipenuhi asab tebal, bahunya sangat menyengat, kemudian kompor kumatikan, pintu kubuka Ya Allah alhamdulillah Engkau masih melindungi hambamu ini. Panci tempat penghangat sayur sudah membara seperti dipanggang dalam kobaran api.
Allah masih melindungiku, kalau tidak , mungkin rumahku sudah terbakar habis jadi puing puing.
Dari kejadian tadi kita harus hati hati, kalau mau bepergian, mau tidur, pastikan kompor dalam keadaan mati, supaya tidak terjadi hal hal yang tidak kita inginkan. Gara gara keteledoran kita , rumah dan isinya bisa terbakar. Trus mau tidur di mana. Harta yang kita kumpulkan sedikit demi sedikit bisa jadi ludes. Saya tidak bisa membayangkan betapa susahnya orang yang rumahnya terbakar.
Yang kedua, harta yang kita milkki pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah. Yang kalau Allah menghendaki bisa saja diambil sewaktu waktu. Tidak saja harta, nyawa kita sewaktu waktu juga bisa diambil yang Maha Kuasa.
Islam juga menempatkan harta benda sebagai ujian bagi manusia. Ini seperti ditegaskan surah Al-Taghaabun ayat 15, yang artinya, "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) ...."
Di satu sisi, hak kepemilikan seseorang atas harta benda tetap dihormati dan dilindungi. Akan tetapi, di sisi lain harta benda itu pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah SWT. Sebab, Dialah Yang Mahamemiliki. Maka dari itu, seorang insan harus memanfaatkan harta bendanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT., untuk sebagian dinafkahkan di jalan Allah, sebab itulah yang dikehendaki Allah. Apabila bisa seperti itu maka akan mendapatkan pahala yang besar.
Allah Ta’ala berfirman,
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Qs. Al Hadiid: 7)
Demikian saudaraku yang dirahmati Allah semoga kita bisa menjadi hamba Allah yang beruntung, yang bisa berlaku amanah atas apapun yang Allah titipkan kepada kita.
Dan kita semua harus bisa menjadi hamba yang iklas, yang apabila Allah mengambilnya sewaktu waktu. Maka tugas kita sekarang adalah mempersiapkan diri untuk itu dan belajar amanah. Ya Allah berilah hidayah pada kami untuk bisa menjadi hambamu yang amanah atas apa yang Engkau titipkan pada kami.
Magetan, 19 Agustus 2020
Sumber bacaan:
Al Qur'an
Republik.co.id;18 /8/2020;18.36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar