Masyarakatnya ramah seperti tetangga saya, jualanan makanan yang murah seperti srabi dan lopes.
Desa ini dinyatakan terbersih di dunia. Perjuanganya mulai tahun 2016. Penduduknya tidak memakai kendaraan yang menyebabkan polusi.
Bersih nemang setiap saat ada petugas kebersihan. Di sini masih ada tanaman besar besar seperti hutan tapi tertata apik menarik.
Kalau di Magetan seperti di daerah Panekan sebelah barat seperti di Bedagung.
Kami memasuki ke rumah penduduk, liat itu temanku sudah berada di situ menikmati makanan lopes. Dan minumnya loloh cemcem dikasih daging kelapa muda , rasanya segar seperti rujak.
Tidak disarankan untuk yang punya asam lambung.
Kami di warung makan woles, semacam srabi di Jawa, laris sekali banyak diminati para wisatawan.
Puas di sini selama satu jam kami meni ggalkan desa legendaris itu. Kami menuju pantai Melasti.
Lihat itu kita sampai di Jalan Tol terindah di Dunia namanya Tanjung Benoa. Disekitar tol ini seperti tanah rawa.
Lepas dari jalan tol kami sholat sebentar di Masjid Ibnu Batuthah Nusa Dua Bali.
Masjid ini berdampingan dengan Gereja Katolik , Gereja Protestan, Vihara Budhaguna , Pura Jagad Nata Nusa Dua. Hal ini menunjukkan betapa kerukunan hidup beragama tercipta di Bali. Saya senang sekali dengan kerukunan kehidupan beragama, bagaimanapun mereka saudara kira sebangsa dan setanah air.
Dulu para pendahulu kita berjuang bersama mengusir penjajah Belanda seperti kita saksikan pada Diorama di Braja Candi yang saya tulis sebelumnya.
Sambil menulis ini saya menunggu istriku yang sedang sholat di sebelah kiri masjid khusus untuk perempuan.
Lihat itu sudah bersama temannya. Menuju bus lagi untuk melanjutkan perjalanan panjang.
Sampailah kita di Pantai Melasti.
Indah luas, ombaknya tenang. Itu kita lihat ada parasit yang berlayang di udara. Saya mau mencoba. Tapi tidak berani hehe.
Pantai ini Pantai buatan manusia dengan memotong tebing curam menjadi indah nan mempesona.
Tak ada yang berenang karena ombaknya agak besar, tapi disekitar Pantai ada air menggenang yang cukup luas, tidak ada ombak, tidak terlalu dalam ,cocok untuk bermain anak-anak.
Ayo kawan kita hanya satu jam di sini segera kembali ke bus. Untuk melanjutkan perjalanan berikutnya, GWK.
Garuda Wisnu Kencana. Untuk destinasi ini saya ingin melihat dari dekat. Karena aku cinta burung garuda, mengapa. Namaku identik dengan burung garuda.
Suparno itu bulu yang ada di leher burung garuda yang bercahaya.
Lihat itu , sebentar lagi kita sudah sampai. Kami antri di loket pendaftaran, bayarnya 200.000. Cukup mahal ya.
Oke kami sudah boleh masuk. Kami beruntung karena dapat melihat pertunjukan tari kecak secara langsung. Personilnya banyak sekali sekitar 30 orang. Ada yang berperan seperti dalang Dia yang menarasikan jalannya cerita.
Kisah ini diambil dari cerita kitab Adi Parwa, tari Kecak Garuda Wisnu ini menceritakan tentang perjalanan Sang Garuda yang harus rela menjadi tunggangan Dewa Wisnu demi Tirta Amerta di surga untuk mengentaskan sang ibu dari perbudakan.
Perihal Tirta Amerta, siapa saja yang minum air itu akan kekal abadi selamanya.
Sesuai legenda, tari Kecak Garuda Wisnu ini dikemas apik dan sangat sakral dimulai oleh semacam pendeta yang berdoa menyalakan dupa, mulutnya komat-kamit membaca mantra suci, mengenakan pakaian serba putih, pertunjukkan tarian ini dibawakan oleh sekitar 30 orang laki-laki tanpa membawakan alat musik, kemudian berbaris dan melingkar lalu mengangkat kedua tangannya sambil menyerukan kata “cak,cak,cak” secara berirama harmoni indah terdengar di telinga.
Suguhan tarian kecak ini menceritakan kisah Dewa Wisnu dengan Sang Garuda sebagai tunggangannya.
Di Bali memang banyak legenda yang diangkat dari kitab kitab agama Hindu. Sekaligus semuanya berdampak positif menjadi destinasi wisata. Tak tanggung tanggung pemerintah daerah berani berinvestasi mahal.
Sampai pukul 16.00 kami harus bergeser menuju bus melanjutkan perjalanan ke pantai Jimbaran. Disini kami disuguhi makanan seafood. Makanya dipinggir pantai. Ada ribuan pengunjung dilayani disana.
Mereka duduk tertib dan makan bersama sambil menikmati alunan musik.
Sudah malam kami segera beranjak ke hotel untuk istirahat. Sampai disini dulu kawan, besuk kita lanjut lagi dengan trip berikutnya.
Denpasar, 9 Oktober 2022
Alhamdulillah
BalasHapus