Aku memakai masker ketat, karena ikut protokol kesehatan. Saya tidak berbicara dengan pasien lain karena keadaan. Bukan karena egoisme yang berkembang akhir ini.
Kebetulan bersama istri yang besuk juga akan loka karya guru penggerak. Dari pada diam saja lebih baik saya menulis seadanya.
Dibelakang saya ada pasien yang bicaranya keras banget, sampe istriku menoleh. Semua pasien butuh ketenangan, suasana yang diam.
Istriku dipanggil duluan, akarena antrinya lebih dulu. Bentar lagi saya, karena bath akan disediakan di lubang hidung saya. Agak sakit, tapi di tahan.
Semoga hasilnya negatif. Biasanya mbak Indi yang memeriksa, perawat senior yang baik hati, sabar pada pasien dan memberikan pelayanan terbaiknya.
Setiap bulan saya seperti ini , ikut swab antigen, karena merupakan persyaratan loka karya yang harus dipenuhi.
Samapai pukul 09.30 hangatnya matahari belum kami rasakan, seperti Pojoksari tahun 1970. Dingin, Dingin sekali.
"Suparno Pojoksari" suara dari speaker yang tidak keras itu menghentikan jari tanganku yang sedang menari nari diatas keypad.
Saya menghampiri sumber suara itu, kemudian diadakan pendataan dan saya diberi 2 lembar kertas untu diserahkan di Laboratorium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar