Hampir satu bulan ini aku bersama jamaah sholat di Masjid. Bu Parno sering ikut berjamaah di Masjid. Sepulang dari masjid, kami duduk- duduk di kursi yang sebenarnya sudah reyot dan tepos. Bukan karena diduduki oleh tamuku yang gendut atau bagaimana, tetapi karena sudah tua. Sudah 16 tahun usianya.
Dari dalam saya pantek menggunakan kayu usuk, sehingga secara teknis menjadi lebih kuat. Segemuk apapun tamuku, tidak takut bokrak.
"Mas aku benar-benar sudah sehat, aku berkeringat, seperti biasanya. Bukan keringat dingin tetapi keringatnya orang sehat." Pasca merawat aku istriku juga sakit, bukan korona, Dia alergi obat, badannya menggigil, jantungnya berdebar dll.
"Ya syukurlah, alhamdulillah", Saya pandang wajah istriku yang mulai menginjak usia 50 tahun itu, tapi masih kelihatan cantik, saya mengatakan seperti RA. Kartini. Lebih-lebih sekarang lebih gendut, karena tidak kontrol pola makan. Tetapi tidak termasuk obesitas.
Yang penting sehat, dalam masa pandemi seperti ini harus makan banyak, itu keyakinannya.
"Orang itu ketika diberi sakit, diberi masalah, kemudian bisa keluar dari masalahnya, maka bersama itu dia mendapatkan hikmah( ilmu) yang luar biasa , yang tidak didapat di bangku sekolah. Itulah Universitas Kehidupan."
"Iya betul mas, ini baru ku katakan, ketika aku merawat penjenengan hari ke dua, aku sholat dan berdoa sambil menangis. Ya Allah aku merasa tidak mampu membesarkan dan mendidik anak-anak jika tidak bersama suamiku, berilah suamiku sembuh, berilah suamiku umur panjang." Cerita bu Parno sambil melepas mukenanya.
"Saya mengamalkan amalan dari Tegalrejo, kemudian membaca alfatihah 41 kali, sejak abis isak sampai waktu tahajud. Sampai tubuhku seakan melayang. Mataku berkurang. Kemudian paginya aku masuk angin , saya suruh ngeroki Indun." Lanjutnya. Baru setelah 2 bulan sembuh, dia bercerita.
"Iya memang setiap anggota tubuh kita memiliki haknya masing-masing, tubuh kita perlu istirahat, mata perlu tidur, kalau lapar perlu makan dsb." Jawabku mengimbangi diskusi malam ini.
Kecuali para Wali, beliau bisa kuat sholat semalam suntuk, membaca Al Qur'an sepanjang malam, dan lain-lain hal. Kita ini orang-orang biasa, yang kuatnya sedikit, lemahnya yang banyak. Lebih-lebih urusan shalat di Masjid, puasa, membaca Al Qur'an dan lain-lain. Subhanallah. Lemah!
Karena imannya lemah.
Saya kadang-kadang melihat, ada orang mampu dzikir yang panjang selepas sholat, hidupnya sederhana , mereka telah diberikan hikmah. Memberikannya hikmah itu antara lain lewat cobaan hidup, sakit, miskin, menderita , lapar, serba dalam keterbatasan dan sebagainya. Akhirnya menempa hidupnya, mengasah kecerdasan spiritualnya sehingga memuncak kepasrahan pada Tuhannya. Notog keingindekatannya pada Tuhannya, akhirnya menafikan segalanya. Sehingga kebahagiaan nya adalah bermesraan dalam dzikir dengan Tuhannya.
" Ngantuk ..." Dia menguap tanda ingin mengakhiri diskusi.
"Ngantuk ya tidur , itu sinyal anggota tubuh kita, niatkan nanti malam bisa bangun malam tahajud, mendoakan anak kita, besuk siang Dia pengumuman SNMPTN, semoga berhasil bisa diterima sesuai dengan pilihannya."
"Iya mas, semoga bisa diterima, anak kita itu usahanya luar biasa. Katanya hasil itu tidak mengkhianati usaha."
"Iya semoga begitu."
Sebenarnya waktu baru menunjukkan pukul 21, tapi pasangan paruh baya itu menuju peraduan, agar nanti malam punya kekuatan.
Magetan, 21 Maret 2021
Romamtis sekali.. Semoga langgeng terus. Pesannya dalam sekali. Harus jaga kesehatan dan harus pandai bersyukur. Kerenn endingnya.
BalasHapusTerima kasih bu Aam yang baik hati
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusHermin 21 Maret 2021
BalasHapusPasangan sangat harminis. Aku jadi iri karena dari dulu aku nggak perna merasakan huhungan penuh kepedulian satu sama lain.
Terima kasih sobat, dimulai dari diri sendiri untuk peduli insyaallah dia akan baik. Kalaupun tidak baik, kita tidak rugi.
BalasHapus