Maka saya berfikir untuk mendapat ide apa yang bisa saya tulis. Berkunjung ke blog teman susah dilakukan, membaca buku sudah dilakukan, catatan perjalanan, tidak kemana-mana.
Nah, tadi mendengarkan radio. Saya dapat ide dari pengajiannya Gus Ron. Mau menulis tentang itu belum sejenak saya duduk, istri mengajak berkebun merawat tanaman alpukat. Wah jadi sibuk, heboh, tapi cukup menghibur.
Salah satu keberkahan pak Tani itu memang ketika menanam kemudian apa yang ditanam tumbuh subur kemudian hatinya tentram, senang bahagia.
Oleh karena itu saya melihat pak Tani itu sehat sehat, sampai berumur panjang masih dalam keadaan sehat.
Bapak saya meninggal di usia 84 tahun, Ibu saya meninggal diusia 73 tahun. Sebuah usia yang cukup menurut saya.
Dulu makan dari hasil kebun sendiri, Ibu saya berdagang untuk menambah kebutuhan belanja keseharian.
"Wong mangan ke deres le," pada suatu ketika mengatakan pada saya ketika memotivasi saya untu bekerja. Apa yang bisa dilakukan , kerjakan.
Saya dulu ketika masih kecil selalu membantu mereka bekerja , mulai dari menanam padi, ketela, kacang, brambang, lombok, terong ,kedelai, jeruk, mangga, dan macam-macam tanaman. Akhirnya setelah saya dewasa bisa menanam.
Hari ini saya mengagumi tanaman ketela saya yang jauh lebih lebat dari biasanya orang menanam.
Bapak saya pernah mengatakan , "kalau mencangkul yang dalam biar anak istrimu kenyang."
Apa ya maksud Bapak ini?, saya tidak paham waktu itu. Saya ingin sekolah tidak ingin mencangkul , saya ingin menjadi pegawai, tidak menjadi petani, bukan karena menjadi petani tidak mulia, tetapi karena sawahnya Bapak tidak luas. Sedangkan anaknya 3 orang, berarti harus dibagi menjadi 3.
Setelah dewasa aku paham, bahwa maksudnya adalah, "kamu harus kerja keras, jangan malas, jangan menganggur, carilah pekerjaan, ciptakan pekerjaan walaupun sederhana.
Maka saya suka kerja keras, hal ini nampaknya juga menurun pada anak-anak saya, mereka termasuk anak yang tidak pernah menganggur.
Tapi menurut saya kerja keras saja tidak cukup, yang hebat itu adalah kerja cerdas. Bekerja hanya mengeluarkan tenaga sedikit tapi hasilnya banyak. Untuk dapat seperti itu kita harus punya ketrampilan, punya skolah, punya keahlian.
Untuk mencapainya bisa dengan sekolah, tapi tidak harus. Bisa juga dengan belajar pada orang yang ahli, bisa juga belajar sendiri. Tapi itu memakan waktu yang lama. Akhirnya tidak efisien di waktu.
Satu lagi kerja ikhlas, agar tumbuh kedamaian di hati kita harus ikhlas kalau sedang bekerja, jangan mengeluh, kalau mengeluh pasti tidak iklas.
Yang penting tugas kita bekerja, mengenai hasil Allah yang menentukan, tugas kita berusaha, Allah yang memberikan jalan keluarnya. Maka dari itu bekrjalah apa yang bisa kamu kerjakan.
Magetan, 10 Maret 2021
Subhanallah walhamdulillah
BalasHapusBener temenan nyambut gawe sing sregep lan ngarah yen wong ndesa ngarani kerja keras.
BalasHapusAwake dhewe iki pak No, wiwit cilik wes nyambut gawe kanthi sregep. Amarga anakke wong ndeso tani.
Sanadyan wong tani ndesa uripe cukup bisa nyandang, mapan lan mangan.
Pawetu ana ndesa sayuran bayem kankung cukup kanggo lawuhe saben dina.
Ora tau mangan lawuhe iwak yen ora wulan riaya.
Cekap semanten kacuthel rumiyen pak No
Nggih Pakde matur nuwun, leres ngendiko penjenengan
HapusSemangat Pak KS luar biasa. Bekerja dan menulis demi kebajikan.
BalasHapusNjih Mas Doktor terima kasih atas inspirasinya juga
BalasHapus