Trenggalek adalah kota yang tidak asing lagi bagiku, tahun 86 ketika saya kuliah di Surabaya, saya bertemu dengan mas Kholis Ridwan, rumahnya Trenggalek, ketepatan kecamatanya Durenan, sama dengan besan saya pak Martoyo ini.
Bahkan teman saya satu kelas yang rumahnya Trenggalek itu ada 3 orang, mbak Emi Sutiyani, mas Saini dan mas Suwarno. Ke tiga tiganya menjadi konselor di SMP tempat kelahirannya ini.
Keesokan harinya selepas subuh hari yang ditunggu tunggu itu tiba sudah, pukul 05.30, saudaraku dan tetanggaku yang saya ajak ke Trenggalek sudah datang, kemudian sarapan bersama dengan nasi pecel kas Magetan, ditambah lauknya ayam panggang.
Pukul 06.30 kami berangkat menyusuri sepanjang jalan yang indah, dengan 5 mobil untuk 18 penumpang. Pengiringnya tidak banyak, karena masa pandemi.
Pukul 09.00 kami tiba di lokasi, kami diterima dengan baik, ramah dan penuh senyuman.
Bahwa orang-orang Trenggalek ramah, itu tak terbatah lagi , tidak saja ramah tapi juga santun. Mulai dari ke tiga temanku itu sampai tadi kami diterima dengan baik oleh Pak Martoyo beserta keluarga besarnya.
Setelah duduk beberapa saat pak Naib datang bersama pak modin yang akan melangsungkan akad nikahnya anak kami.
Saya menyaksikan dari belakang, pak naib membisikkan kata kata kepada anak saya, apa yang mesti diucapkan ketika pak naib selesai melafadzkan kata kata pernikahan. Setelah lancar kemudian dilaksanakan pernikahannya. Semua peralatan sudah siap.
"Saya terima nikahnya Intan Auliyarani putri Bapak Martoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat, perhiasan dan uang sejumlah 2.200.000 dibayar tunai". Ucap anak saya pada saat pernikahan sambil tangannya masih bersalaman dengan pak Naib, tidak grogi tidak dredek, malah yang dredeg saya, khawatir kalau tidak lancar.
Alhamdulillah, lancar sekali, hebat luar biasa.
"Bagaimna bapak ibu semua, sah?" Kata pak Naib sambil menoleh kiri kanan melihat reàksi seluruh yang hadir.
Seluruh yang hadir menjawab spontan, "sah".
Pernikahan disaksikan sekitar 30 orang, semua berharap pernikahan anak kami lancar, merekalah orang-orang iklas yang dengan tulus mendoakan kami semuanya.
Mereka adalah kerabat dekat Bapak Martoyo dan saudara saudara saya dari Magetan.
Kemudian kami dipersilahkan menikmati sajian prasmanan yang ditata dan dipersiapkan dengan baik. Kami menikmati hidangan dengan senang hati, sebagai ungkapan syukur atas pernikahan anak kami ini.
Kami belum bisa mengundang saudara, sahabat dan andai tolan untuk berbagi kebahagiaan, karena masa pandemi.
Setelah itu diadakan acara sambutan dari kedua keluarga. Dari Magetan diwakili Bapak Subairi, saudara dan senior saya di MKKS. Sambutan luar biasa teteh, jelas lengkap bahkan sesekali dibumbui dengan humor. Menambah menariknya sambutan.
Acara berakhir pukul 11.30. Kemudian kami pamit pulang, aneh bin ajaibnya sejak perjalanan berangkat hingga pulang kami dipayungi dengan mendung membuat kami tidak merasa panas dalam perjalanan.
Barokallohulaka wabaroka alaika wajama'a bainakuma fii khoir.
Selamat ya Lee, nduk, semoga keluargamu senantiasa sakinah mawaddah warohmah. Jangan lupa rajin sholat lima waktu, berpegang teguh pada nasihat agama dan patuh pada orang tua.
Kalau ada masalah selesaikan berdua yang sebaik baiknya, saya yakin kamu berdua mampu, kamu berdua anak-anak hebat kebanggaan orang tua.
Doa kami selalu menyertai kalian berdua
Magetan, 12 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar