Hari ini kuusahakan bisa jalan pagi. Cuaca tidak secerah biasanya, tidak juga kudapati burung burung yang berkicau diatas rumahku, tapi masih ada satu burung ketilang di jauh sana berkicau memanggil temanya.
Agak mendung, kayak ada tanda tanda akan hujan, musim penghujan segera tiba. Tanaman sudah banyak yang kering berharap hujan segera turun membasahi pucuk daun yang disangga ranting dan batang.
Jalan yang saya lewati naik turun tidak rata, tapi sudah halus di aspal warga. Sudah bisa mengikuti perkembangan desa desa lainya.
Sambil jalan bertemu dengan tetangga saling tegur sapa adalah budaya yang berlaku sejak nenek moyangku di desa ini.
"Kok mboten teng peken lik", sapaku pada lik Inem yang berjalan di depanku sambil membawa jarit gendong dan sabit.
"Woalah mas kulo niku pun boten teng peken juk loro niko" Jawab lik Inem memulai cerita, kemudian bercerita panjang x lebar mengenai sakitnya. Saya mendengarkan saja dengan baik sambil sama sama jalan. Dia mau ke sawah cari rumput. Selesai cerita sakitnya , cerita lagi tentang musibah yang menimpa dirinya. Kambing piaraanya mati tanpa sakit, begitu dialamai samapai 3 kali. Padahal itu tabungan satu satunya. Musibah kematian 3 ekor kambingnya "disalahi" orang wallohu a'lam.
"Pun mas kulo sabar mawon, butuhe taksih diparingi umur panjang, sing penting ben dinten sholat gangsal wekdàl kalih dongo sak saget kulo", Lanjut lik Inem menceritakan kisahnya.
"Anak kulo tebih sedoyo teng Kalimantan mriko, kulo ben sasi dicadong putu kulo Doi niko, alhamdulillah njowo neram niko."
Allah itu memberikan rezeki lewat pintu mana saja, walaupun orang sudah tidak kerja, dikirim lewat cucunya, mungkin saudaranya, mungkin lewat tetangganya. Atau lewat siapa saja yang Allah kehendaki.
Kemudian kami berbisah dan bertemu lagi dengan mbah Mun, katanya usianya sudah seratus tahun lebih. Tahun 26 sudah SD kelas 3 katanya . Taruhlah masuk SD umur 7 tahun , ditambah tiga tahun berarti 10 tahun . Berati dia lahir tahun 1916. Sehingga usianya sekarang 104.
"Bapakmu ke biyen wong jujur le, koncoku dolan dek jik cilik", Bapak saya sudah meninggal 7 tahun yang lalu, 9 April 2013.
Saya ingat kerjaannya petani dan tukang graji kayu, terkenal sampai tetangga desa sekitar. Tidak banyak bicara, yang penting kerja, banyak orang yang menyukainya. Tetapi juga ada orang yang tidak suka. Ternyata di dunia ini sebaik apapun orang, ada juga yang tidak suka.
Ingat yang di sampaikan Pak Yit, senior saya KS dan juga guru saya waktu SMP , "Pak Parno, sebaik apapun Kepala Sekolah, pasti ada yang tidak suka, sejelek apapun KS pasti ada yang suka". Nasehat beliau ketika masih bersama dalam MKKS.
Fenomena semacam itu berlaku juga di kampung. Ada orang baik dan ada orang yang tidak baik, sejak jaman nabi Adam sampai jaman Adam Malik hingga sekarang . Semua besuk akan mati terkubur bersama amal perbuatan masing masing. Akan menjadi cerita orang-orang setelahnya. Dan akan menjadi topik yang harus dipertanggung jawabkan masing-masing di alam akherat.
"Pun de ndang bidal, mangke sarapane selak telas", beliau melanjutkan perjalanan ke warung kopi, mau sarapan dan minum kopi.
Saya melanjutkan perjalanan sambil menyaksikan pepohonan yang rata rata daunya sudah menguning atau kering hingga sampai rumah dalam sehat.
Magetan, 4 Oktober 2020
Selamat pagi poro sederek
BalasHapusSelamat pagi. Jalan pagi merupakan olah raga kegemaran saya juga Pak KS. Meskipun saya tidak jauh-jauh jalannya. Paling di sekitar gang rumah. Setengah jam sudah cukup lumayan. Salam sehat
BalasHapusTerima kasih Pak Doktor Naim, alhamdulillah bila istikomah itu menyehatkan, tapi butuh disiplin dan rajin. Sudah bagus Bapak.
HapusSaya tgl 12 mau ke Trenggalek Pak Naim, hehehe
Mantul
BalasHapusmatur nuwun
HapusKehidupan didunia ini sungguh unik lengkap dan beragam cerita hidup. Memang betul dlm suatu wadah pergaulan yg senang dgn yg tdk senang banyak yg tidak suka. Itu yg dipegang tp dlm Agama sejelek-2 manusia msh ada hati nuraninya yg baik itulah yg kita ambil. Sebaliknya sebaik-2 manusia pasti ada jeleknya. Tidak usah butuh dinilai orang kita baik atau buruk. Yg penting selama kita menjlnkan tuntunan agama Insya Allah pasti kita dinilai Allah baik. Jd manusia bukan ukuran utk menilai seseorang.....aplg kita memberi sesuatu pada orang krn pamrih justru petaka yg kita dpt. Semoga yg kita kerjakan adalah amalan yg bernilai ibadah dgn mencari Ridho Illahi. Ok sahabat tetap berkarya semwngat sehat dan good luck
BalasHapuswow keren komentarnya, aq suka bisa refleksi
BalasHapus