Maka Bima langsung menuju ke Keraton yang sedang diadakan paseban. Sesamapainya di keraton , setelah menyampaikan tegur sapa dengan para nayaka yang hadir Bima ditanya oleh Prabu Duryudono.
"Dimas kadange pun kakang yayi Bima, podo raharjo sak tekamu dimas"
"Oleh pangestune Duryudono kakangku, tekaku slamet ora ono alangan sawiji wiji"
"Dimas sawise asat kringetmu, lerem napasmu, ono parigawe opo dimas tekamu nang ngastino kene".
"Sejatine tekaku nang ngastino aku kepingen ketemu Durno Bapakku".
Bopo Durno, meniko dimas Bima pingin panggih penjenengan. Penjenengan dangu piyambak Bopo.
"Putraku wong gagah, wong jarot, kulup Bima , sliramu pingin ketemu Bapak, ono pari gawe opo ngger, coba maturo".
"Aku mau njujug Sukolimo, sepi trus njujug Ngestino. Dene sowanku marang Durno Bapakku, aku njaluk diwedharake ngelmu sangkan paraning dumadi ".
"Wo iku perkara gampang ngger, manggon ono kitab nduwur dewe, nanging ono pitukone ngger kulub Bima. Lamun siro iso mujudake kayu gung susuhe angin , bakal ingsun udaneni opo kang dadi panyuwunmu ".
Cerita diatas adalah dialog dalam jagad pewayangan Bima ingin mencari ilmu sangkan paraning dumadi.
Sebelumnya Bima risau akan kehidupan ini, dia ingin mendapatkan ilmu yang paling penting dalam perjalanan hidup manusia. Sehingga hidupnya terarah menuju sempurna, selamat dunia akhirat.
Akhirnya Bima mencari Kayu Gung susuhe angin, yang berada di gunung candramuka, Disana ketemu raksasa besar, akhirnya Bima akan dimakan Raksasa tadi, tapi Bima bisa mengalahkan, dan ternyata raksasa tadi penjilmaan dewa Bayu. Akhirnya malah diwejang arti dari kayu gung susuhe angin.
Dalam penjelasannya, sang dewa mengatakan bahwa makna kata 'Kayu' berarti 'karep' atau keinginan. 'Gung' berarti besar. Sedangkan 'Susuhing Angin' adalah nafas manusia. Singkat kata bermakna: Keinginan yang kuat atau besar hanya bisa terkabulkan jika mampu menguasai nafas.
Keinginan mulia atau agung hanya bisa dicapai oleh mereka yang nafasnya terkendali. Nafas berkaitan dengan Prana atau life force atau aliran energi kehidupan.
Setelah pulang dari gunung Candramuka, Bima disuruh mencari Tirto suci perwitasari.
Yang letaknya ditelenging samudra minangkalbu.
Dalam perjalanannya, ia bertemu Dewaruci yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan. Dalam tubuh Dewaruci, Bima samadi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati yaitu manunggaling kawula Gusti, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati, atau dalam istilah kejawen, mati sakjroning urip, urip sakjroning mati.
Cerita ini menjadi pembelajaran bagi manusia untuk nggayuh kemuliaan harus dengan tekat yang kuat dan mengendalikan diri.
Ilmu sangkan paraning dumadi dalam islam termasuk ilmu tasawuf yang hanya di wedhar oleh guru waskita, atau guru torikoh hingga mencapai syariat, tarikat, ma'rifat hakikat.
Dununging ngilmu iku manggon ono pangudi, sopo sing ngudi ilmu yo iku kang kadunungan ngilmu.
Sumber bacaan:
www.google.com: 15 Juli 2020:09.30
www. Kompasiana.com: 15 Juli 2020: 09.35
www.Roese74.blogspot.com: 15 Juli 2020: 09.45
joz, tapi yg aku kurang faham bahwa keinginan yg besar bisa terkabul jika bisa menguasai nafas,piye kwi mas
BalasHapusLha meniko ingkang nerangka kedah guru waskita mas. Baca juga catatan nyantri 2,3
HapusKeren pak, vrsi bahasa jawa ya/
BalasHapusiya campuran
Hapuskeren, cuman satasa ga ngerti sebagian bhsnya
BalasHapusSanget manteb....luar biasa...bapak....sangkan paraning dumadi...
BalasHapusmatur nuwun bu
BalasHapusSangkan paraning dumadi..
BalasHapusGenerasi sekarang jd sulit memahami nggih pak...
Tapi tulisannya mantap...
Sy bhs ibu madura...tak ngerti maksudnya haha ha
BalasHapusHehehe maap ya itu bahasa jawa kuno
HapusSy bhs ibu madura...tak ngerti maksudnya haha ha
BalasHapusHebat. Saya masih hrs belajar memahami bhs jawa...utk lebih memahami ceritanya
BalasHapus